Javier Portillo: Dianggap sebagai penerus Raúl di lini serang, Portillo mencetak banyak gol untuk Castilla (tim B Real Madrid). Namun, saat dipromosikan, ia gagal meniru keajaibannya di level tertinggi, dan harus menghabiskan sisa kariernya sebagai pemain pinjaman atau dijual permanen.
Borja Mayoral: Sama seperti Portillo, Mayoral adalah penyerang andalan Castilla yang kesulitan bersaing dengan striker kaliber dunia. Ia terpaksa berpindah-pindah klub pinjaman sebelum akhirnya dilepas permanen, menunjukkan kesulitan Madrid dalam mempromosikan penyerang muda.
Royston Drenthe: Didatangkan dengan biaya besar setelah bersinar di Kejuaraan Eropa U-21, Drenthe diharapkan menjadi fullback serba bisa. Sayangnya, masalah di luar lapangan dan inkonsistensi performa membuatnya terlupakan, bahkan sempat berpindah ke liga-liga yang tidak populer.
Baca Juga:Bongkar Dua Skenario Transfer Maung Bandung Demi Mendaratkan Jenderal Lini Tengah Joey Pelupessy dari EropaJulian Nagelsmann Sambut Grup E Piala Dunia 2026 sebagai Ujian Kematangan
Fernando Gago: Gelandang Argentina yang sempat dijuluki The Next Redondo ini terhambat oleh cedera parah. Meskipun memiliki momen bagus, ia gagal mencapai potensi penuhnya di Madrid.
Jesé Rodríguez: Salah satu talenta terbaik yang pernah keluar dari akademi Madrid pasca-Raúl. Namun, cedera lutut yang parah pada tahun 2014 merusak momentumnya. Meskipun sempat pindah ke PSG, kariernya terus menurun hingga kini ia bermain di liga yang kurang dikenal, menjadi contoh paling menyedihkan dari janji yang tidak terpenuhi.
Pelajaran dari Mereka yang Terlupakan
Kisah-kisah ini menegaskan bahwa menjadi bagian dari Real Madrid U-18 atau Castilla adalah awal, bukan akhir dari perjalanan. Sembilan nama ini menunjukkan bahwa persaingan di klub sebesar Real Madrid sangatlah brutal. Hanya pemain dengan mental, fisik, dan timing yang sempurna yang bisa bertahan dan menjadi Galactico, sementara sisanya harus puas menjadi kisah peringatan tentang wonderkid yang terlupakan.
