RADARCIREBON.TV – Pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara, SEA Games 2025, yang digelar di Thailand, tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Meskipun ajang ini dimaksudkan untuk mempererat persatuan dan menunjukkan prestasi atlet dari seluruh kawasan ASEAN, sejumlah kendala dan kontroversi muncul sejak sebelum upacara pembukaan hingga pertandingan berjalan.
Salah satu masalah paling signifikan yang terjadi adalah bencana alam berupa banjir besar di Provinsi Songkhla di selatan Thailand. Curah hujan tinggi memaksa panitia memindahkan seluruh 10 cabang olahraga yang awalnya dijadwalkan di sana ke kota lain, seperti Bangkok dan Chonburi. Perubahan lokasi ini dilakukan karena kondisi lapangan dan fasilitas yang terendam air serta risiko kesehatan yang mungkin timbul setelah banjir surut.
Dampak dari relokasi besar-besaran ini dirasakan oleh sejumlah kontingen asing. Banyak tim yang telah memesan hotel dan transportasi di Songkhla harus menyesuaikan ulang itinerary mereka, memicu kebingungan dan potensi biaya tambahan. Panitia bahkan mempertimbangkan kompensasi untuk tim yang terdampak.
Baca Juga:Klasemen Grup B Voli Putri SEA Games 2025: Indonesia Tempel Ketat Vietnam, Perebutan Puncak Grup Makin PanasTimnas Voli Putri Indonesia Lolos Semifinal SEA Games 2025 usai Hajar Myanmar 3-0
Selain masalah bencana alam, masalah logistik juga muncul di pintu masuk negara. Beberapa tim dilaporkan harus menunggu antara lima hingga enam jam di Bandara Suvarnabhumi Bangkok sebelum kendaraan panitia datang untuk mengantar mereka ke penginapan. Insiden ini membuat banyak atlet dan ofisial ketinggalan acara penting seperti upacara pengibaran bendera.
Pelayanan makanan pun menjadi sorotan. Kontingen dari negara-negara seperti Brunei, Malaysia, Indonesia, dan Timor Leste bahkan meminta penyelenggara menyediakan lebih banyak pilihan makanan halal setelah ditemukan adanya salah sajian dalam paket makan yang disediakan panitia. Kontroversi ini menunjukkan bahwa persiapan kebutuhan dasar atlet belum sepenuhnya matang.
Dari sisi teknis penyelenggaraan, SEA Games juga menghadapi kritik tajam. Beberapa event awal mengalami kesalahan dalam menampilkan bendera negara peserta, termasuk pada pertandingan bola basket 3×3, serta kesalahan penulisan jumlah medali dalam visual di stadion pembuka. Kekeliruan semacam ini mendapatkan respons negatif karena mencerminkan kurangnya perhatian terhadap detail pada ajang internasional sebesar ini.
Isu lain yang ikut mencuat adalah penarikan delegasi dari Kamboja. Komite Olimpiade Kamboja memutuskan menarik seluruh atletnya dari SEA Games 2025 karena kekhawatiran keluarga atas eskalasi konflik di perbatasan antara Thailand dan Kamboja, yang meningkatkan risiko keamanan. Keputusan ini membuat jumlah negara peserta turun dari 11 menjadi 10.
