Kegagalan ini harus menjadi evaluasi total, bukan hanya bagi para pemain dan staf pelatih, tetapi juga bagi sistem pembinaan usia muda di Indonesia. Menciptakan pemain dengan skill individu yang tinggi saja tidak cukup. Dibutuhkan pemain-pemain yang cerdas secara taktik, mampu berimprovisasi di bawah tekanan, dan memiliki keanekaragaman skema serangan yang kaya. Tanpa perbaikan mendasar pada variasi taktik dan kreativitas, mimpi emas di turnamen-turnamen regional akan terus terhambat. Pelajaran pahit dari SEA Games 2025 ini adalah pengingat bahwa sepak bola modern menuntut fleksibilitas, dan hanya mengandalkan satu pola serangan sama saja dengan menyiapkan diri untuk kegagalan yang menyakitkan.
Terkuak! Hanya Karena Ini, Mimpi Timnas U-22 di SEA Games 2025 Kandas Tragis
