Di titik inilah laga berubah menjadi panggung keberanian. Penendang pertama Thailand sukses. Tekanan langsung menghampiri Indonesia. Kapten Novita Murni, yang maju sebagai algojo pertama, gagal. Bola ditepis. Indonesia tertinggal. Namun futsal adalah permainan kolektif, dan inilah yang ditunjukkan Garuda Putri. Thailand gagal pada penendang kedua, Dinar Kartika menyamakan skor. Adu mental berlanjut hingga lima penendang pertama, skor tetap imbang 4-4.
Ketegangan memuncak di penendang kedelapan. Seluruh arena menahan napas ketika penendang Thailand maju. Amelya Fitry berdiri tenang. Saat bola meluncur, refleksnya bekerja sempurna. Tepisannya menjadi momen krusial momen yang mengubah segalanya.
Ikeu Rosita berjalan ke titik penalti. Tanpa selebrasi berlebihan, tanpa drama. Tendangannya keras, terarah, dan tak terbendung. Gol. Indonesia menang 7-6.
Baca Juga:Update Perolehan Medali Sea Games 2025: Menembak Catatkan Emas Ke -60Emas Sea Games Sudah Didapat, Pemerintah Baru Bicara Bonus
Pemain-pemain Indonesia berhamburan. Tangis pecah. Pelukan berlapis. Ini bukan hanya kemenangan atas Thailand. Ini adalah kemenangan atas tekanan, atas keraguan, atas sejarah yang perlahan sedang mereka tulis ulang.
Dengan hasil ini, Timnas futsal putri Indonesia melangkah ke partai final SEA Games 2025 dan akan menantang Vietnam, yang lebih dulu memastikan tempat usai menang tipis 1-0 atas Filipina. Final menanti. Dan Garuda Putri datang bukan sekadar untuk tampil melainkan untuk percaya bahwa mereka layak berdiri di puncak.