RADARCIREBON.TV- Ketua Badan Tim Nasional (BTN), Sumardji, akhirnya angkat bicara soal kegagalan Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025. Ia memilih pasang badan dan mengaku siap bertanggung jawab penuh atas hasil yang jauh dari harapan, meski negara sebenarnya sudah memberi dukungan maksimal.
Sepak bola sendiri jadi salah satu cabang olahraga prioritas, bersama 12 cabor lainnya. Dari total anggaran negara sekitar Rp 420 miliar untuk program pelatnas tahun 2025, sepak bola mendapat porsi paling besar, yakni sekitar Rp 199 miliar.
Sayangnya, hasil di lapangan tidak sebanding dengan besarnya dukungan tersebut. Timnas putra U-22 tersingkir di fase grup, sementara tim putri harus terhenti di semifinal.
Baca Juga:Target 80 Emas Bisa Terlewati, Erick Thohir Ungkap Peluang Indonesia di SEA Games 2025Sembunyikan Kehamilan, Dewi Laila Justru Panen Emas di SEA Games 2025
Menurut Sumardji, kegagalan ini bukan kesalahan individu. Ia menegaskan bahwa semua dijalankan secara tim, dan sebagai Ketua BTN, ia siap memikul tanggung jawab terbesar.
“Berkaitan dengan kerja, kami ini bekerja sama-sama, jadi tidak person to person. Ini tanggung jawab bersama, khususnya tanggung jawab BTN,” kata Sumardji saat di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (16/12/2025).
Ia juga mengaku sudah berkomunikasi dengan Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali, terkait evaluasi ke depan. Namun, ia meminta agar publik tidak lagi saling menyalahkan.
“Jangan terus dibawa-bawa lagi soal siapa yang harus tanggung jawab. Kegagalan ini tanggung jawab saya, jangan libatkan yang lain. Saya yang bertanggung jawab sepenuhnya,” tegasnya.
Yang membuat Sumardji heran, menurutnya persiapan Timnas U-22 kali ini justru yang terbaik sepanjang ia terlibat di ajang SEA Games. Mulai dari pemusatan latihan, uji coba, hingga fasilitas, semuanya dipersiapkan dengan serius.
Selain dukungan dana besar, skuad kali ini juga diperkuat pemain-pemain diaspora seperti Ivar Jenner, Mauro Zijlstra, dan Dion Markx. Hal yang di edisi sebelumnya sulit dilakukan karena jadwal SEA Games sering bentrok dengan kompetisi klub.
“Kalau ditanya saya sendiri jujur, blak-blakan saja. Paling susah, paling tidak masuk akal ya SEA Games ini. Kenapa? Persiapan lebih matang, karena kami TC (Pemusatan Latihan), uji coba, BTN mencarikan lawan yang boleh dikatakan lebih baik, kami pilih Mali dan India,” ujar Sumardji blak-blakan.
