Kuda Bima

Kuda Bima
0 Komentar

SAYA sendiri takut berdiri di belakang kuda: awalnya. Apalagi ketika kuda itu membuat langkah mencurigakan: terus saja berusaha membelakangi saya. Saya pun memutar ke sampingnya. Takut dia slentak – -ada yang tahu slentak dalam bahasa Indonesia? Tapi kuda betina itu ikut memutar. Tetap memposisikan pantatnya di depan saya.

“Jangan takut pak,” ujar kepala dusun di lereng Timur Tambora, Sumbawa, itu. “Dia memang begitu,” tambahnya. “Dia memang selalu minta agar kita mengelus-elus pantatnya,” kata Pak Kadus.

Saya pun mulai mengusap-usap pantatnya. Dia merasa nyaman. Lalu lebih memepetkan pantatnya ke tubuh saya. Dia lagi hamil. Gerakan itu begitu spontan. Dan lembut. Dan seksi. Jikalau sempat d!video akan sangat menggemaskan: mungkin Prof Pry akan menuduh saya ingin berbuat mesum dengan kuda betina.

Baca Juga:Presiden Persebaya: Klub yang Bagus Lakukan Pembinaan ”Dipenalti” TimnasSesal Ibu

Pagi-pagi itu Pak Kadus baru tiba dari kebun jagung. Berjalan kaki. Satu jam. Belum tidur. Kebun jagungnya, 2 hektare, harus aman dari babi hutan.

Kami sudah seperti keluarga. Saya sudah d!anggap seperti kakak mereka. Sampai-sampai ketika kami berfoto bertiga bisa bikin cemburu Prof Pry. Apalagi istri Pak Kadus itu pakai kacamata hitam yang keren. Tidak kalah dengan bintang film yang pernah mendekati saya untuk minta foto bersama. Saya baru tahu nama bintang film itu setelah foto beredar di medsos.

Saya masih beruntung: ketika menggendong bayi di desa itu tidak sampai ada tuduhan. Bahwa itu bayi saya bersama wanita berkacamata hitam itu: saya bisa d!tebas parang Pak Kadus di Tambora.

Tanam Jagung

Saya gembira Pak Kadus mulai tanam jagung. Akhirnya “wabah” jagung di Sumbawa merambat juga ke lereng timur gunung Tambora. Belum banyak lahan jagung di sisi timur ini. Tapi wabah hijau itu kelihatannya cepat juga menular sampai di sini.

Dulunya kawasan ini terkenal dengan hasil jambu mete. Seperti juga di Flores timur. Tapi wabah mete pernah merajalela. Lima tahun lalu. Sampai pohon mete yang rindang itu terlihat hitam: penuh binatang seperti kupu-kupu kecil berwarna gelap. Saya masih ingat: saya coba melemparkan batu kecil ke rimbunan daun dan bunganya yang menghitam itu. Ribuan serangga kecil beterbangan sebentar. Lalu hinggap lagi di bunga yang sama.

0 Komentar