Menurut Museum BI, emas di anggap sebagai mata uang cadangan negara dan biasanya di gunakan selama krisis politik dan ekonomi. Saat memasuki ruang emas, pengunjung di bawa ke aula yang berisi informasi tentang uang, berakhir di ruangan yang penuh dengan uang dari seluruh dunia.
Ruangan ini terlihat sangat elegan dengan rak-rak yang berisi mata uang dari berbagai negara bahkan beberapa mata uang dapat di lihat dengan bantuan kaca pembesar yang di sediakan oleh museum. Uang yang di tampilkan juga bervariasi antara uang kertas, koin, uang saat ini dan uang lama.
Berikut ini ada beberapa koleksi uang kuno yang ada di Museum Bank Indonesia, di antaranya:
Baca Juga:Cocok Buat Bulan Madu Inilah Penginapan Lembah Indah MalangMengenang Kembali HP Masa Lalu | Inilah Tipe HP Nokia Jadul
Uang Kerajaan di Nusantara (Masa kejayaan kerajaan Hindu-Buddha)
Di lansir dari laman resmi bi.go.id bahwa
Sebelum masa kerajaan Hindu-Buddha, perdagangan di Nusantara telah menuntut penggunaan alat pembayaran yang bisa di terima secara umum sebagai pengganti sistem barter. Mulanya alat pembayaran yang di gunakan masih sangat sederhana, seperti di wilayah Irian yang memakai kulit kerang dengan jenis tertentu, lalu di wilayah Bengkulu dan Pekalongan yang memakai manik-manik, dan di wilayah Bekasi memakai belincung (semacam kapak batu) sebagai alat pembayaran pada saat itu.
Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, alat pembayaran tersebut mengalami kemajuan, terutama dari bahan dan desainnya. Di Jawa misalnya, alat pembayaran sudah terbuat dari logam. Mata uang tertua di buat sekitar awal abad ke-12, dari emas dan perak, yang di sebut Krisnala (uang Ma) peninggalan kerajaan Jenggala. Sementara, di luar Jawa, kerajaan Buton meninggalkan uang Kampua yang beredar pada abad ke-9.
Kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha di Nusantara, seperti Sriwijaya dan Majapahit pada masa itu telah mempunyai mata uang sendiri. Sayangnya, uang peninggalan di masa Kerajaan Sriwijaya belum di temukan. Sedangkan Majapahit, meninggalkan uang Gobog yang terbuat dari tembaga, di perkirakan beredar pada abad ke-14 sampai ke-16. Selain sebagai alat pembayaran, uang ini juga banyak di gunakan sebagai benda keramat.