Perlakuan sadis tersebut, mulai dari penjarahan, pembakaran hidup-hidup, pengrusakan tempat tinggal dan rumah ibadah, pemerkosaan, dan pembunuhan secara sewenang-wenang melalui Operasi Nagamind tahun 1990. Di karenakan tidak memiliki kewarganegaraan, etnis Rohingya juga tidak bisa mengakses pendidikan, layanan kesehatan, dan bahkan pekerjaan yang layak.
4. Diskriminasi Budaya
Penyebab konflik rohingnya berikutnya, yaitu adanya diskriminasi budaya oleh pemerintah. Penduduk Myanmar tidak pernah mengakui warga Rohingya. Serta di sebut sebagai Muslim Arakan, Muslim Burma, atau Bengal dari Burma adalah nama-nama yang di sematkan kepada Rohingya sebagai bahan ejekan.
Tidak hanya pemerintah Burma yang mengintimidasi, ternyata junta militer pun menggemborkan gerakan anti Islam di kalangan masyarakat Buddha Rakhine dan penduduk Burma. Penindasan yang di lakukan ini sebetulnya bukan tanpa alasan, ini bagian dari wujud kecemburuan antar etnis. Di karenakan populasi etnis Muslim Rohingya dalam beberapa tahun terus meningkat dibanding etnis Rakhine.
Baca Juga:Ternyata Ini Alasan Mengapa Nyamuk Suka Terbang dan Berdengung di Telinga Kita! Hanya Nyamuk Betina yang Bisa MelakukannyaTerkena Sanksi Dari PBVSI, Rivan Nurmulki Pemain Timnas Indonesia Tidak Bisa Membela Timnas Voli Indonesia – Kira-Kira Alasannya Kenapa?
5. Ketimpangan Sosial
Ketimpangan sosial menjadi penyebab yang terakhir adanya konflik Rohingnya. Tidak hanya di latarbelakangi heterogenitas etnis saja, ketimpangan pun terjadi, seperti ketimpangan ekonomi, agama, superioritas etnis, dan kebijakan-kebijakan yang di tetapkan oleh pemerintah.
Perlu kamu ketahui bahwa pemerintah Myanmar bahkan menyita tanah warga Rohingya secara paksa untuk membangun model village. Village ini merupakan perumahan yang dibangun khusus untuk orang-orang beragama Buddha seperti Buddha Rakhine dan orang Buddha lainnya yang sebagian besar berasal dari etnis Burma.
***