Kapal pinisi biasanya di gunakan untuk perdagangan, tetapi sekarang banyak di gunakan sebagai tempat wisata.
Proses Pembuatan Kapal Pinisi
Di tiga desa di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia, kapal pinisi di buat. Desa-desa ini adalah Tana Beru, Bira, dan Batu Licin.
Pembuatan kapal pinisi tidak boleh di lakukan secara sembarangan karena prosesnya masih di lakukan secara tradisional.
Baca Juga:Profil Rose Blackpink: Suara Melodius dan Karisma yang Menggoda Hati PenontonIni Dia Profil Lisa Blackpink yang Memiliki Energi Kreatif yang Melampaui Batas Musik K-pop
Sebuah kapal pinisi di buat dalam tiga tahap. Tahap pertama di mulai dengan memilih hari yang tepat untuk mencari kayu untuk membuat kapal pinisi.
“Hari baik” mencari kayu biasanya terjadi pada hari kelima atau ketujuh bulan pembuatan kapal. Pemilihan hari ini melambangkan kemungkinan rezeki yang tersedia dan dapat di akses sepanjang waktu.
Proses menebang, mengeringkan, dan memotong kayu adalah tahap kedua pembuatan kapal pinisi. Setiap bagian kapal pinisi kemudian di buat dari kayu-kayu tersebut. Menyembelih sapi atau kambing adalah simbol dari upacara ini.
Menurut perhitungan, kambing di sembelih jika bobot kapal kurang dari 100 ton, dan sapi di sembelih jika bobot kapal lebih dari 100 ton.
Oleh karena itu, sistem pembuatan kapal pinisi melambangkan prinsip filosofis tertentu, termasuk menghargai alam, kerja sama, kerja keras, dan keindahan.
Tidak mengherankan bahwa pada tahun 2017, UNESCO mendaftarkan kapal pinisi sebagai Warisan Budaya Tak Benda.