Dodol: Kisah Manis dari Asal Muasal Hingga Kelezatan

Dodol: Kisah Manis dari Asal Muasal Hingga Kelezatan
ilustrasi foto: blog.tokowahab.com
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Dodol, makanan manis yang lekat dan kenyal, telah menjadi camilan favorit di berbagai belahan dunia, terutama di Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Namun, tahukah Anda dari mana asal muasal dodol berasal dan bagaimana perjalanan sejarahnya hingga menjadi salah satu ikon kuliner yang melekat di lidah banyak orang?

Asal Usul Dodol

Dodol berasal dari kata “dol” dalam bahasa Jawa, yang berarti lengket atau kenyal. Makanan ini memiliki akar sejarah yang kuat di wilayah Nusantara, khususnya di Indonesia. Meskipun tidak ada keterangan pasti tentang kapan dan bagaimana dodol pertama kali diciptakan, tetapi diyakini telah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa dodol sudah ada sejak masa kerajaan-kerajaan di Indonesia. Kala itu, dodol menjadi hidangan istimewa yang dipersiapkan untuk acara-acara istana atau upacara keagamaan. Proses pembuatannya yang membutuhkan waktu dan tenaga, membuat dodol dianggap sebagai simbol kemewahan dan keistimewaan.

Baca Juga:Dodol Betawi: Lezatnya Manis Tradisional Khas JakartaSelamat Jalan Buya Syakur, Ajaran dan Tarikatmu Abadi

Bahan-Bahan Utama

Dodol umumnya terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti ketan, kelapa, gula kelapa, dan santan. Proses pembuatannya melibatkan pencampuran bahan-bahan tersebut dan pemanasan hingga adonan mengental. Keunikan dodol terletak pada kekenyalan dan rasa manis yang di hasilkan dari perpaduan sempurna antara ketan dan gula kelapa.

Perkembangan Dodol di Berbagai Daerah

Meskipun dodol memiliki akar yang kuat di Indonesia, makanan ini juga di temukan di beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina. Di Malaysia, dodol di kenal dengan sebutan “toffee” atau “kuih wajik” dan memiliki variasi rasa yang beragam, termasuk cokelat, kacang hijau, dan durian.

Sementara itu, di Filipina, dodol di sebut sebagai “ube halaya” atau “ube jam.” Ube halaya terbuat dari ubi ungu yang di olah dengan gula dan santan, menghasilkan sajian manis dan lezat.

Dodol dalam Tradisi dan Perayaan

Dodol tidak hanya menjadi hidangan lezat, tetapi juga memiliki nilai simbolis dalam tradisi dan perayaan. Di beberapa daerah di Indonesia, dodol sering kali menjadi bagian dari sesaji dalam upacara keagamaan atau ritual adat. Selain itu, dodol juga sering di jadikan sebagai oleh-oleh khas yang di berikan saat merayakan hari besar seperti Idul Fitri atau Natal.

Dodol Modern dan Inovasi

Seiring dengan perkembangan zaman, dodol mengalami berbagai inovasi dalam bentuk dan rasa. Produsen dodol modern seringkali menawarkan variasi rasa yang lebih beragam, seperti pandan, stroberi, dan keju. Selain itu, dodol juga di kemas dalam berbagai bentuk, mulai dari kemasan tradisional hingga kemasan modern yang lebih praktis.

Kesimpulan

Dodol, dengan kekenyalan dan rasa manis khasnya, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Nusantara. Dengan asal muasal nya yang kaya akan sejarah dan nilai tradisional, dodol terus berkembang dan tetap menjadi camilan yang di cintai oleh banyak orang. Sebuah potongan dodol yang kenyal dan manis dapat membawa kenangan indah tentang tradisi dan kelezatan yang telah di wariskan dari generasi ke generasi.***

0 Komentar