Asian Value, Trending Media Sosial

Pandji Pragiwaksono
Pandji Pragiwaksono (CNN Indonesia)
0 Komentar

Ungkapan “Asian Value” mendadak viral di media sosial. Hal ini terjadi setelah podcaster Total Politik menyebutkan bahwa dinasti politik adalah salah satu nilai-nilai Asia. Pernyataannya pun kontroversial dan menjadi perbincangan di kalangan netizen. Sebelum artikel ini ditulis, kata kunci “Asian Value” masih berada di X trending topik. Ungkapan itu digunakan di lebih dari 37.000 tweet tentang X. Banyak netizen yang mencoba mendefinisikan arti istilah Asian Value menurut pemikirannya masing-masing, mulai dari cuitan yang sarkastik hingga bercanda. Apa arti sebenarnya dari nilai Asia?

Mengutip situs Britannica, Asian Value adalah seperangkat nilai yang diusung oleh berbagai pemimpin politik dan intelektual Asia sejak akhir abad ke-20 sebagai alternatif terhadap nilai-nilai politik Barat seperti hak asasi manusia, demokrasi, dan kapitalisme. Para pendukung Asian Value umumnya menghubungkan pesatnya perkembangan ekonomi Asia Timur pada periode pasca-Perang Dunia II dengan kesamaan budaya masyarakat mereka, khususnya warisan Konfusianisme. Mereka juga berpendapat bahwa nilai-nilai politik Barat tidak cocok untuk Asia Timur karena mendorong individualisme dan legalisme berlebihan yang mengancam merusak tatanan sosial dan menghancurkan dinamisme ekonomi.

Beberapa Asian Value yang sering ditekankan antara lain disiplin, kerja keras, berhemat, pendidikan, keseimbangan kebutuhan individu dan sosial, serta menghormati otoritas. Mengutip situs South China Morning Post, konsep nilai-nilai Asia pertama kali muncul pada tahun 1990-an. Michael Barr, profesor hubungan internasional di Universitas Flinders, mengatakan dalam sebuah artikel tahun 2000 bahwa konsep Asian Value muncul di negara-negara Barat di mana terdapat kepercayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap politik dan ekonomi. Pada saat itu, negara-negara Barat baru saja memenangkan Perang Dingin, Eropa merupakan sebuah kesatuan, dan pasar berlipat ganda, tumbuh dan terbuka.

Baca Juga:Ulasan Songbird: Film Thriller Covid Pertama di HollywoodJohnny dan Haechan NCT Terlibat dalam Skandal, SM Entertainment Ambil Sikap

Hal ini mendorong Amerika Serikat dan Eropa merespons dengan antusiasme yang tidak biasa untuk mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia di seluruh dunia. Namun di belahan dunia lain, Barat dipandang berbeda di kawasan Asia-Pasifik. Negara-negara Asia merayakan pencapaian sosial dan keberhasilan ekonomi tanpa menganut nilai-nilai individualisme berlebihan yang diusung Barat. Dengan kata lain, nilai-nilai liberalisasi Barat, yang bercirikan individualisme berlebihan dan kecenderungan protes serta konflik politik terbuka, dianggap tidak cocok untuk Asia. Sebaliknya, para pembela Asian Value muncul sebagai pembela, karena pemerintah daerah menganut otoritas yang lebih paternalistik.

0 Komentar