Program Transisi Energi bersih ini di buat dalam satu sistem energi global yang terus menerus berkelanjutan.
Transisi Energi G20 tentunya menjadi daya ungkit untuk memperkuat sistem energi global berkelanjutan tersebut.
Data Menunjukan bahwa negara-negara anggota G20 menyumbang paling tidak sekitar 75% dari permintaan energi global.
Baca Juga:Kerja Sama Antara Indonesai Dan Inggris Mengenai Transisi Energi Telah Membuahkan Hasil !Ikutin Sekarang Juga ! Cara Mengaktifkan Fitur Biometric untuk Login BRImo .
Oleh karena itu, negara-negara G20 memiliki sebuah tanggung jawab besar dan harus memiliki langkah strategis dalam mendorong pemanfaatan energi bersih.
Proses transisi ke energi karbon yang lebih rendah menjadi tantangan yang tidak mudah. Beradaptasi dengan era rendah karbon tentu saja berdampak sangat luas.
Adaptasi tersebut tidak hanya menyangkut strategi investasi dan permodalan, namun juga terkait erat dengan budaya dan kebiasaan yang ada.
Dalam konteks transisi energi lebih dari 69 negara di harapkan secara masif melakukan dekarbonisasi yang bersifat universal, terencana, terukur dalam suatu langkah yang nyata.
Ke depan, pemerintah tengah melakukan pengurangan penggunaan batubara sebagai sumber energi dengan menggunakan teknologi CCS/CCUS (Carbon Capture, Utilizaton and Storage).
Pengembangan Dimethyl Ether (DME) pengganti elpiji serta peningkatakan nilai tambah mineral melalui hilirisasi di dalam negeri.
Pada periode transisi energi, energi fosil masih memiliki peran penting untuk di kembangkan sebelum yang lebih bersih tersedia.
Baca Juga:Pupuk Asam Amino Sangat Bagus Untuk Tanaman, Apa Saja Manfaat Nya,Baca Disini Ya !Manfaat Asam Amino Bagi Tanaman Yakni Melindungi Tanaman Dari Serangan Hama Dan Penyakit !
Demikian Sedikit informasi mengenai Kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 mengenai energi terbaru kan,semoga bermanfaat.