Perjalanan Spiritual Rabi'ah al-Adawiyah: Mengungkap Makna Cinta dan Kerinduan kepada Allah

Rabi\'ah al-Adawiyah/Mubadalah.id
Rabi\'ah al-Adawiyah/Mubadalah.id
0 Komentar

Dalam salah satu syairnya yang terkenal, dia berkata:

“Aku mencintai-Mu dengan dua cinta, cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu. Cinta karena diriku adalah keadaan senantiasa mengingat-Mu. Cinta karena diri-Mu adalah keadaan di mana Engkau membuka hijab, hingga aku melihat-Mu.”

Ajaran dan Pengaruh

Ajaran Rabi’ah al-Adawiyah menekankan pentingnya cinta ilahi (mahabbah) dan pengabdian total kepada Allah.

Dia sering kali digambarkan sebagai salah satu tokoh pertama yang memperkenalkan konsep cinta sebagai elemen utama dalam mistisisme Islam.

Baca Juga:Menggali Hikmah dari Kehidupan Syekh Abdul Qadir al-Jailani: Pemimpin Para Wali AllahWali Allah di Berbagai Daerah: Peran dan Pengaruh Mereka dalam Penyebaran Islam

Ajarannya mempengaruhi banyak sufi dan ulama setelahnya, termasuk tokoh-tokoh besar seperti Hasan al-Basri, Al-Hallaj, dan Jalaluddin Rumi.

Rabi’ah sering mengajarkan pentingnya ikhlas (ketulusan) dalam ibadah. Dia mengkritik mereka yang menyembah Allah hanya karena ingin mendapatkan imbalan atau karena takut akan hukuman.

Baginya, ibadah yang sejati adalah ibadah yang dilakukan hanya karena cinta kepada Allah. Salah satu kutipannya yang terkenal adalah:

“Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut akan neraka, maka bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga, maka haramkanlah surga itu bagiku. Tetapi jika aku menyembah-Mu karena cinta kepada-Mu, maka janganlah Engkau sembunyikan keindahan wajah-Mu yang kekal.”

Kehidupan sebagai Sufi

Rabi’ah menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam kesendirian dan meditasi. Dia menolak banyak lamaran pernikahan, termasuk dari orang-orang yang sangat berpengaruh pada zamannya, seperti Hasan al-Basri.

Dia merasa bahwa pernikahan dan hubungan duniawi lainnya dapat mengalihkan perhatiannya dari cintanya yang sepenuhnya kepada Allah.

Dia hidup dalam kesederhanaan ekstrem, sering kali hanya memiliki satu pakaian yang sangat sederhana.

Baca Juga:Keajaiban Geologi Pegunungan Alpen: Mengungkap Misteri Pembentukan dan TransformasinyaKeajaiban Bawah Air: Kisah Lubang Pembuangan El Zacatón yang Menakjubkan

Rabi’ah juga dikenal dengan kepasrahannya yang total kepada kehendak Allah, menerima segala sesuatu yang terjadi padanya dengan lapang dada dan syukur.

Wafat dan Warisan

Rabi’ah al-Adawiyah meninggal dunia sekitar tahun 801 M. Meskipun dia tidak meninggalkan banyak karya tertulis, ajaran dan syair-syairnya yang tersebar melalui murid-murid dan pengikutnya telah menjadi bagian penting dari literatur sufi.

0 Komentar