Ki Bagus Rangin, Perang Kedongdong dan Sejarah Perjuangan Rakyat Cirebon Melawan Belanda

Ki Bagus Rangin Perang Kedongdong
Perang Kedongdong: Saat rakyat pedesaan bangkit menantang penjajahan dipimpin oleh Ki Bagus Rangin
0 Komentar

Latar Belakang

Pada masa itu, Belanda mulai memperluas kontrol atas wilayah pedalaman Jawa Barat setelah runtuhnya Kesultanan Cirebon, dan menerapkan sistem pajak serta kerja paksa yang menyengsarakan rakyat

Perlawanan Terhadap Belanda

Sekitar tahun 1808–1818, Ki Bagus Rangin memimpin perlawanan rakyat terhadap kebijakan kolonial Belanda, terutama yang menyangkut pajak tanah dan penindasan petani.

Ia menggalang kekuatan dari desa-desa dan membentuk laskar rakyat bersenjataa tradisional.

Baca Juga:Bung Tomo dan Kisah Spartan Indonesia, Kisah Pertempuran Surabaya 10 November 1945Tak Hanya Ono, Maulana Yusuf PKB Juga Kritik KDM Soal Hibah Pesantren

Gerakannya menyebar luas ke wilayah Cirebon, Majalengka, Indramayu, Kuningan, hingga ke daerah pegunungan Galunggung.

Ciri Khas Perjuangan

Perlawanan Ki Bagus Rangin bersifat rakyat semesta—melibatkan petani, santri, dan masyarakat adat.

Ia tidak hanya melawan secara fisik, tapi juga menggelorakan semangat spiritual dan keadilan sosial, sehingga didukung oleh berbagai lapisan masyarakat.

Akhir Perjuangan

Karena kekuatan militer Belanda yang lebih modern dan besar, pasukan Ki Bagus Rangin perlahan terdesak.

Pada tahun 1818, perlawanan besar terakhir berhasil dipadamkan oleh Belanda. Ki Bagus Rangin gugur atau ditangkap (sumber sejarah berbeda-beda).

Namun semangatnya tetap hidup dalam ingatan rakyat sebagai pahlawan lokal.

Warisan dan Pengaruh

Ia dihormati sebagai simbol perlawanan lokal terhadap ketidakadilan kolonial.

Beberapa tempat di Majalengka dan Cirebon mengenang namanya, seperti nama jalan dan sekolah. Namanya sering disebut dalam kajian sejarah lokal dan perjuangan rakyat Jawa Barat.

Perang berlangsung dari sekitar tahun 1808 hingga 1812.

Wilayah yang terlibat dalam perlawanan meliputi Majalengka, Cirebon, Indramayu, Kuningan, Sumedang, hingga Subang.

Baca Juga:Daripada Nyenggol Jakarta, Mang Ono Minta KDM Fokus Urus Jawa Barat SajaOno Surono Bongkar Sederet Kontroversi KDM: Soal Bankeu, Bansos, Hingga Barak Militer

Taktik yang digunakan adalah perang gerilya, menyergap pasukan Belanda dari hutan, lembah, dan gunung.

Dukungan Rakyat

Ki Bagus Rangin mendapat dukungan dari petani, santri, ulama, dan bekas prajurit keraton.

Ia juga menjalin aliansi dengan tokoh-tokoh lokal lainnya untuk memperluas gerakan perlawanan.

Akhir Perang

Pada 27 Juni 1812, Ki Bagus Rangin ditangkap oleh Belanda di Panongan, Jatitujuh.

Ia dihukum mati pada 12 Juli 1812 di Karangsambung, tepian Sungai Cimanuk, Cirebon.

Meskipun perlawanan dipadamkan, semangatnya tetap dikenang sebagai awal perlawanan rakyat terhadap kolonialisme di Jawa Barat.

“Aku Bagus Rangin, tidaklah berdiri sendiri. Tujuh puluh ribu pasukan dibelakangku. Kaum santri, sura tani dan para abdi keraton yang setia kepada negeri yang kemerdekaannya telah dirampas. Di sini, di Kedogdong, biarlah tumpah ruahnya merah darah bakti kami demi daulat negeri. Sekien isun wani, mbesuk wani, lan kapan bae wani.”

0 Komentar