Negosiasi unifikasi gereja dilakukan, tapi rakyat Bizantium sendiri menolak tunduk pada Paus. Seorang warga pernah berkata:
“Lebih baik melihat sorban Turki di kota ini daripada topi Kardinal Roma!”
Dan ketika pertolongan dari Barat datang, ia datang terlambat. Beberapa kapal dari Genoa dan Venesia sempat menembus blokade Utsmani — tetapi itu hanya setetes air dalam samudra kepungan.
Fajar Berdarah, 29 Mei 1453
Tengah malam menuju pagi, Sultan Mehmed memerintahkan serangan besar-besaran terakhir.
Baca Juga:Catatan Sejarah, Runtuhnya Romawi Kekaisaran Terbesar Dalam Sejarah Dunia (Bag 1)Dari Anak Lorong ke Raja Lapangan: Kisah Lamine Yamal, Bintang yang Dulu Menatap Langit
Gelombang demi gelombang pasukan menyerang gerbang kota: dari prajurit bayaran Balkan, pasukan Anatolia, lalu akhirnya Janissari.
Di tengah kekacauan, Gerbang Kerkoporta — gerbang kecil di bagian barat laut tembok — dibiarkan terbuka, entah karena kelalaian atau pengkhianatan. Pasukan Utsmani menyusup masuk. Ketika pasukan Janissari mendobrak gerbang utama, Giustiniani terluka parah. Moral pertahanan runtuh.
Konstantinus XI, sang kaisar, melepas semua lambang kekaisaran. Ia menyatu dengan prajuritnya, dan bertempur seperti serdadu biasa. Itu adalah pilihan seorang pemimpin sejati yang lebih memilih mati bersama kotanya daripada hidup sebagai pelarian.
Kata-kata terakhir yang tercatat dari mulutnya:
“Kota ini akan aku pertahankan sampai nafas terakhirku, dan aku tidak akan meninggalkannya hidup-hidup.”
Tubuhnya tak pernah ditemukan.
Konstantinopel Jatuh
Pagi itu, bendera bulan sabit berkibar di puncak Hagia Sophia.
Katedral terbesar di dunia Kristen berubah menjadi masjid. Penduduk yang berlindung di dalamnya ditawan. Kota yang dulu disebut “Ratu dari Segala Kota”, yang pernah menantang Persia, Arab, Viking, dan Tentara Salib, kini jatuh ke tangan seorang penakluk muda.
Mehmed II masuk ke Hagia Sophia, memerintahkan pasukannya berhenti menjarah, lalu berkata:
“Mulai hari ini, kota ini adalah milikku. Tapi rakyatnya akan hidup dalam perlindungan.”
Baca Juga:Kisah Juan Román Riquelme: Diam yang Berbicara, Seniman Sepak Bola dari Buenos AiresKisah Mike Tyson : Dari Jalanan Brooklyn Hingga Juara Dunia yang Tak Terlupakan
Dia mengubah Konstantinopel menjadi ibu kota baru kekaisarannya: Istanbul. Di sana ia membangun sekolah, masjid, rumah sakit, dan istana. Mehmed tahu: ini bukan sekadar penaklukan — ini kelahiran era baru.
Akhir dari Kekaisaran Romawi
Dengan kematian Konstantinus XI dan jatuhnya Konstantinopel, runtuhlah Kekaisaran Romawi yang telah berdiri selama 1.480 tahun.