Orang Tua Harus Tahu! Inilah Modus Penipuan Digital yang Sering Mengincar Anak-Anak

Foto
Foto/Ilustrasi Seorang Anak Bermain game Online di Ruangan Gelap (freepik)
0 Komentar

RADARCIREBON.TV- Di era keuangan digital yang semakin berkembang, generasi muda memiliki lebih banyak pilihan layanan keuangan. Anak-anak dan remaja kini terlibat aktif dalam dunia keuangan digital, mulai dari aplikasi perbankan, toko online, hingga media sosial.

Namun, banyaknya penipuan yang menyasar anak-anak secara langsung adalah bahaya yang tersembunyi di balik kemudahan ini. Anak-anak dapat menjadi korban mudah bagi penipu yang memanfaatkan keluguan dan ketidaktahuan mereka tentang cara mengelola uang.

1. Wajah Baru Penipuan: Modus Canggih Menyasar Anak-Anak di Tahun 2025

Di tahun 2025, penipuan yang menyasar anak-anak telah jauh berkembang dari sekadar email phishing. Laporan Komisi Perdagangan Federal (FTC) tahun 2025 menunjukkan peningkatan kasus penipuan finansial terhadap anak di bawah umur hingga lebih dari 28 persen dalam satu tahun terakhir. Maraknya penggunaan media sosial, platform game online, dan aplikasi pembayaran digital berkontribusi pada peningkatan ini.

Berikut beberapa modus yang paling sering digunakan:

Baca Juga:Bacaan Doa Haji Mabrur: Tulisan Arab, Latin, dan ArtinyaMengenal Apa Itu Haji Ifrad: Pengertian, Tata Cara dan Urutan Lengkap Ibadahnya

  • Hadiah Palsu dari Influencer: Penipu menyamar sebagai tokoh terkenal dan menjanjikan hadiah menarik dengan syarat mengirimkan data rekening atau membayar biaya “proses” kecil.
  • Penipuan Mata Uang Game: Pembelian item atau koin virtual sudah menjadi hal yang biasa di dunia game online. Penipu menawarkan harga murah melalui situs pihak ketiga yang tidak resmi dan justru mencuri informasi kartu anak-anak.
  • Phishing Lewat Kode QR: Pelaku kejahatan menggunakan kode QR yang populer sebagai metode pembayaran untuk menyebarkan kode palsu yang mengarahkan ke situs berbahaya.
  • Manipulasi Sosial via Chat: Sekarang ada bot berbasis AI di aplikasi populer seperti Discord, Telegram, dan TikTok. Mereka berpura-pura menjadi teman sebaya dan menarik pengguna sebelum meminta uang atau data pribadi.

2. Literasi Finansial Anak Tidak Lagi Bisa Ditunda

Dalam era digital saat ini, mengajarkan anak-anak keuangan yang cerdas menjadi kebutuhan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Profesor Annamaria Lusardi dari Universitas George Washington, mendapatkan pengetahuan tentang keuangan pada usia dini sangat berpengaruh pada tingkat kemungkinan anak menjadi korban penipuan. Anak-anak yang tahu bagaimana uang bekerja dan bagaimana uang dapat meningkat, berkurang, atau bahkan dicuri, akan lebih berhati-hati saat berbagi informasi pribadi di internet.

0 Komentar