Deteksi dini dan pencegahan kerusakan lingkungan di kawasan lereng Gunung Ciremai menjadi temuan anggota DPRD Kuningan, Sri Laelasari. Menurutnya, kondisi yang kian mengkhawatirkan diakibatkan oleh eksploitasi alam, khususnya di sektor industri pariwisata, ditandai dengan berkurangnya debit air di sejumlah mata air andalan warga di desa penyangga.
Over kapasitas daya tampung wisata alam bisa menjadi penyebab utama terganggunya ekosistem dan berkurangnya debit air di sejumlah mata air vital tersebut.
Selain itu, dampak lainnya akibat gangguan ekosistem perlahan mulai muncul ke permukaan. Selain debit air berkurang, kualitas air juga terdegradasi oleh limbah yang terkadang ditemukan masyarakat.
Baca Juga:Gerakan Pangan Murah Cegah Inflasi Jelang Idul Adha – VideoWabub Belanja Masalah & Tampung Aspirasi Para Kuwu – Video
Sri, yang juga anggota Komisi II, menyampaikan bahwa maraknya pembukaan lahan tanpa memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan telah merusak banyak tegakan pohon. Akibatnya, daya serap air berkurang dan debit mata air seperti Cibulan, Paniis, dan Cibentang terus menurun, terutama saat musim kemarau.
Tak hanya itu, ekosistem pun terganggu. Satwa liar kian jarang terlihat, bahkan beberapa dilaporkan turun ke pemukiman akibat habitatnya rusak. Fenomena ini dianggap sebagai alarm bahaya dari alam akibat eksploitasi yang berlebihan.
Pihaknya meminta Pemkab tak hanya berfokus pada PAD, tapi juga memperhatikan unsur kelestarian alam.
Sri menegaskan bahwa menjaga kelestarian Gunung Ciremai bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi seluruh elemen bangsa, yaitu legislatif, eksekutif, pengusaha, hingga masyarakat.