Konon, mereka menyingkir ke hutan Sancang (di Garut) atau ke alam gaib di Gunung Salak. Suaranya masih didengar oleh mereka yang peka: deru harimau putih, langkah pasukan tanpa wujud, bisikan lembut di tengah sunyi.
Jejak yang Tak Pernah Padam
Kisah cinta Prabu Siliwangi dan Subanglarang bukan sekadar cerita romansa, tapi simbol transisi budaya—dari kerajaan Hindu-Buddha menuju kerajaan Islam di Tatar Sunda.
Darah Prabu Siliwangi mengalir di tubuh para pendiri Kesultanan Cirebon dan Banten, menunjukkan bahwa sejarah tak hanya tentang kemenangan militer, tetapi juga kesinambungan nilai, keyakinan, dan cinta yang lintas zaman.
Baca Juga:Perang Bubat: Tragedi Cinta, Kehormatan, dan Larangan Menikah Sunda – JawaBejatnya DS, Predator Anak di Balik Seragam Tenaga Medis Rumah Sakit Cirebon
Misteri terbesar Prabu Siliwangi muncul ketika Islam mulai menyebar ke Tatar Sunda. Dakwah Islam masuk dari pesisir barat dan utara, terutama melalui Cirebon dan Banten yang mulai tumbuh sebagai pusat kekuatan baru.
Putra-putra dan menantunya, seperti Prabu Kian Santang (dalam legenda) dan tokoh-tokoh seperti Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), memeluk Islam.
Namun, Prabu Siliwangi—menurut versi legenda—menolak meninggalkan kepercayaan leluhurnya. Ia dikenal sebagai raja yang bijaksana, tapi keras dalam mempertahankan nilai-nilai spiritual asli Sunda.
“Aku tak menolak Islam,” katanya, “tapi aku tak akan meninggalkan ajaran nenek moyangku.”
Dalam kisah yang beredar di masyarakat, ia tak ingin terjadi pertumpahan darah antara rakyat yang memeluk Islam dan yang bertahan pada kepercayaan lama. Maka, dalam satu keputusan spiritual besar, ia menghilang—”moksa”—bersama pasukannya ke alam gaib.
Harimau Putih: Simbol Abadi
Prabu Siliwangi dipercaya berubah menjadi macan putih, roh penjaga tanah Sunda. Harimau ini muncul dalam berbagai ritual adat, lukisan, dan cerita rakyat, terutama di sekitar Gunung Salak, Gunung Halimun, dan wilayah keramat di Bogor, Sukabumi, dan Cirebon.
Macan Siliwangi bukan sekadar simbol kekuatan, tapi juga pelindung budaya dan jati diri Sunda.
Warisan Prabu Siliwangi
Baca Juga:Presiden Prabowo Tiba di Bangkok: Diplomasi, Kehormatan, dan Bukan Misi Basa – BasiOJK Dorong Penguatan Pembiayaan Ekosistem Industri Tekstil dan Produk Tekstil Nasional
Meski Kerajaan Sunda runtuh tahun 1579 akibat serangan Kesultanan Banten, nama Prabu Siliwangi tetap hidup. Ia menjadi:
Simbol kebesaran budaya Sunda.
Tokoh spiritual dan patriotik.