RADARCIREBON.TV – Di tengah zaman di mana kerja di luar negeri dianggap lebih menjanjikan daripada nunggu panggilan kerja lokal yang nggak kunjung datang, ditengah tagar #KaburAjaDulu yang teending, Kabupaten Cirebon ambil langkah serius. Bukan serius baper, tapi serius bangun ekosistem migran yang legal, aman, dan nggak digetok calo.
Bukan kaleng-kaleng, Menteri Perlindungan Pekerja Migran, H. Abdul Kadir Kariding, datang langsung ke Cirebon—bukan buat wisata kuliner empal gentong—tapi buat menegaskan: Cirebon bisa jadi pusat migran terlatihbeberapa waktu lalu. Wakil Bupati Jigus pun pasang badan dan menegaskan: “Kita bukan cuma pengirim, tapi penghasil migran berkualitas yang bisa bawa pulang duit untuk keluarga.”
Tahun lalu, 11.000 orang Cirebon kerja ke luar negeri. Remitansi? Rp 600 miliar! Kalau itu dibikin festival, mungkin semua warga bisa makan tahu gejrot gratis sebulan penuh.
Baca Juga:Bukan Iron Man, Kini Cirebon Punya Puluhan Iron MomUsulan ASN Pensiun di Usia 70: Langkah Bijak atau Strategi Menolak Tua?
Tapi tunggu dulu, ada syaratnya: berangkatnya harus prosedural. Soalnya, kata Pak Menteri, 95% masalah migran itu karena berangkat lewat jalur “ninja” alias ilegal.
“Jangan kasih celah calo,” katanya. “Ada yang narik 8 juta per orang, padahal ngurus KTP aja gratis.” Bahkan ada yang diberangkatin ke Kamboja atau Myanmar pakai visa turis. Ending-nya? Bukan kerja, tapi malah kerja rodi.
Maka dari itu, solusinya bukan hanya galang doa, tapi bikin Migran Center. Lengkap: pelatihan, bahasa, sertifikasi, dan—kalau bisa—pelatih langsung dari negara tujuan.
“Kalau di Cirebon gaji Rp 2,6 juta, di Korea bisa 15 juta. Tapi ingat, jangan lewat jalan tikus,” tegas Pak Menteri.
Kalau bisa kerja legal dan dibayar wajar, ngapain main petak umpet sama hukum? Yuk, dukung Cirebon jadi pusat migran yang bukan cuma kirim tenaga, tapi juga kirim harapan dan devisa!