Masalah Lembah Cilengkrang yang kian meluas mendorong organisasi seni budaya dan pegiat lingkungan Paguyuban Sundawani Wirabuana untuk mengumpulkan berbagai stakeholder dalam satu meja diskusi bertema Sawala Alam. Diskusi ini bertujuan memberikan pemahaman objektif tentang permasalahan lingkungan, sekaligus mencegah terjadinya informasi tendensius.
Diskusi ini dihadiri ratusan warga dari pegiat lingkungan dan warga Pajambon, serta narasumber penting terkait isu lingkungan di kawasan Lembah Cilengkrang, kaki Gunung Ciremai. Para peserta meliputi Pemkab Kuningan yang diwakili oleh Wakil Bupati Tuti Andriani, Ketua DPRD Kuningan, perwakilan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC), Komunitas Akar, manajemen Arunika, Pemdes Pajambon, dan Forkopimcam Kramatmulya.
Diskusi ini tergolong menarik karena memberikan penjelasan mengenai Lembah Cilengkrang secara objektif, termasuk dari rentang waktu yang terpantau dalam citra satelit. Pemaparan detail dari BTNGC dan Komunitas Akar memastikan bahwa longsor di kawasan dengan tebing curam ini tidak hanya terjadi tahun ini; citra satelit menunjukkan bahwa sejak 2017 garis longsor juga telah terdeteksi di kawasan ini.
Baca Juga:Kompak, Relawan Bergerak Menuju Tebing Cilengkrang – VideoKapolresta Cirebon Terima Penghargaan IJTI Cirebon Raya Award 2025 – Video
Mengalirnya material dari atas tebing, yang merupakan lokasi wisata Arunika dan pemukiman, terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi. Dari diskusi ini terungkap bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan tanah longsor di Lembah Cilengkrang. Selain kondisi bentang alam berupa hamparan tebing curam ke arah sungai, longsor juga dipengaruhi oleh tata kelola drainase di bagian atas, serta kebutuhan akan penahan erosi alami.
Semua pihak sepakat bahwa kawasan ini harus ditanami banyak pohon berakar kuat yang mampu mengikat tanah. Pengelola wisata di bagian atas tebing juga harus memperhatikan serapan air dan meningkatkan kapasitas drainase, khususnya saat hujan lebat.
Diskusi ini merupakan langkah maju dalam upaya bersama para stakeholder menanggapi hasil mitigasi bencana dan mencari solusi yang paling efektif. Meskipun digelar dalam waktu terbatas, kegiatan ini diharapkan dapat mencegah terjadinya tendensi informasi yang tidak akurat, serta melihat permasalahan lingkungan secara objektif.
Longsor yang sebenarnya telah ditanggulangi di Cilengkrang tidak bisa menyalahkan wisata Arunika sepenuhnya, terlebih Arunika merupakan wisata dengan ratusan karyawan asal Kuningan dan penyumbang PAD di sektor pariwisata.