RADARCIREBON.TV — Mimpi Inter Milan untuk kembali mengangkat trofi Liga Champions berubah menjadi mimpi buruk paling kelam dalam sejarah klub.
Bertanding di Allianz Arena, Munich, Inter dihancurkan Paris Saint-Germain (PSG) dengan skor telak 5-0, dalam pertandingan final yang berubah menjadi pembantaian paling brutal dalam laga final.
Final yang semula diprediksi akan berlangsung ketat berubah menjadi pertunjukan dominasi total PSG, sementara Inter seperti kehilangan arah, energi, dan semangat juang yang sempat mereka tunjukkan di semifinal. Inter hancur lebur.
Runtuhnya Benteng Nerazzurri
Baca Juga:Final Champions 2024/25 PSG vs Inter Milan: Ambisi PSG Pecah Telur di Liga ChampionsWabup Jigus Berikan Bantuan Korban Gunung Kuda, Siapkan Skema Jangka Panjang
Inter datang dengan modal kepercayaan diri tinggi usai menyingkirkan Barcelona dalam laga semifinal dramatis. Namun, lini belakang mereka justru porak-poranda di hadapan gelombang serangan PSG.
Gol pertama datang dari Achraf Hakimi (12’) yang mencetak gol ke gawang mantan klubnya tanpa perlawanan berarti. Tak lama, Désiré Doué (20’) menambah luka dengan gol jarak dekat yang menunjukkan kelemahan koordinasi lini belakang Inter.
Babak kedua menjadi mimpi buruk mutlak, dengan Doué kembali mencetak gol (63’), lalu disusul oleh Kvaratskhelia (73’) dan Senny Mayulu (87’) yang mengunci kemenangan terbesar PSG dalam sejarah final.
Fakta Kekalahan Inter:
Kekalahan Terbesar Inter di Final Kompetisi Eropa
Tak pernah sebelumnya Inter Milan kalah dengan margin lima gol dalam partai final. Kekalahan ini mencoreng sejarah besar klub yang sebelumnya tiga kali menjadi juara Eropa.
Tak Ada Perlawanan Serius
Inter hanya mampu melepaskan dua tembakan tepat sasaran sepanjang laga. Lautaro Martínez dan Marcus Thuram seolah menghilang dari radar.
Yann Sommer Kewalahan
Kiper senior asal Swiss kebobolan lima gol dan beberapa kali terlihat frustrasi karena minimnya perlindungan dari lini belakangnya.
Taktik Simone Inzaghi Dipertanyakan
Strategi defensif yang biasa menjadi kekuatan Inter sama sekali tak terlihat. Inzaghi gagal melakukan adaptasi dan perubahan saat timnya mulai kehilangan momentum.
PSG Menyerang Tanpa Ampun
Baca Juga:Tidak Hanya Milik Al Azhariyah, Seluruh Ijin Tambang di Gunung Kuda DicabutLongsor Gunung Kuda Jadi Atensi Pemerintah Pusat, Kementrian ESDM Terjunkan Inspektur Tambang
PSG bermain dengan kecepatan tinggi, presisi umpan, dan kombinasi pemain muda yang lapar dan enerjik. Inter terlihat pasif dan tidak punya rencana cadangan.
Komentar Pasca Kekalahan
“Kami tidak tampil sebagaimana mestinya. Ini bukan Inter yang saya kenal. PSG bermain di level lain malam ini,” ujar kapten Inter, Lautaro Martínez, dengan nada kecewa.
“Kami harus meminta maaf kepada fans. Kami gagal total,” ucap pelatih Simone Inzaghi, yang masa depannya langsung dispekulasikan usai kekalahan ini.
Reaksi dan Kekecewaan Suporter
Di berbagai penjuru Milan, ribuan tifosi menyaksikan pertandingan dengan penuh harapan — namun harus menerima kenyataan pahit. Media Italia menyebut hasil ini sebagai “Disastro di Monaco” (Bencana Munich), dan membandingkan kekalahan ini dengan tragedi sport terbesar dalam sejarah klub
Penutup: Panggung Milik PSG, Malam Kelam Bagi Inter
Jika PSG merayakan momen bersejarah dengan senyum dan air mata bahagia, maka Inter Milan pulang ke Italia dengan kepala tertunduk. Mereka tidak hanya kalah dalam skor, tetapi juga dalam mental, strategi, dan semangat bertarung.
Tahun ini, Inter Milan mencatatkan satu bab kelam dalam lembar sejarah mereka — dan akan butuh waktu lama untuk membangkitkan kepercayaan diri yang telah runtuh di bawah lampu stadion Munich.