Dari Logam Menjadi Legenda, Ini Sejarah dan Kisah Epik Keris Di Nusantara

Keris Warisan Dunia
Pada 25 November 2005, UNESCO menetapkan keris sebagai “Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity”. Ini menegaskan bahwa keris bukan hanya milik Indonesia—tapi milik dunia,
0 Komentar

Pesan Moralnya? Kekuasaan yang lahir dari darah, akan berakhir dalam darah pula.

2. Keris Setan Kober – Pedang Raja Perang

Keris ini disebut milik Pangeran Diponegoro, pahlawan besar Perang Jawa (1825–1830). Setan Kober diyakini memiliki kekuatan spiritual luar biasa—melindungi pemiliknya dari peluru dan bahaya. Nama “Setan Kober” berasal dari pengaruh kuatnya dalam pertempuran, seolah memberi “roh” pada pemiliknya untuk melawan pasukan kolonial yang lebih unggul persenjataannya.

3. Keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten – Pusaka Kerajaan

Dua keris ini menjadi simbol utama kekuasaan raja-raja Mataram Islam. Kyai Nagasasra melambangkan kewibawaan dan kebijaksanaan, sedangkan Kyai Sabuk Inten berarti kekuatan spiritual yang membelenggu nafsu kekuasaan. Keduanya dianggap keris “kerajaan”, hanya boleh dimiliki oleh raja atau pewaris sah takhta.

Keris Warisan Dunia

Baca Juga:Lingga Nugraha, Empu Muda Pembuat Keris yang Lahir Kembali Setelah Vakum 200 TahunPembukaan Pameran Keris Dan Bursa Tosan Aji

Pada 25 November 2005, UNESCO menetapkan keris sebagai “Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity”. Ini menegaskan bahwa keris bukan hanya milik Indonesia—tapi milik dunia, sebagai warisan budaya yang hidup, mengalir dalam darah bangsa, dalam setiap upacara adat, pewayangan, hingga kehidupan sehari-hari.

Keris di Era Kini: Jiwa yang Tak Pernah Tumpul

Meski zaman telah berubah, keris tetap hidup—dalam koleksi, museum, pertunjukan budaya, hingga sebagai warisan keluarga. Di tangan para empu modern, keris masih ditempa bukan hanya dengan besi, tapi dengan niat dan nilai.

Keris bukan sekadar pusaka,

tapi cermin jiwa dan sejarah bangsa.

Ia tajam tak hanya di ujung bilah,

tapi juga dalam makna yang disimpan di tiap lekuk dan ukirannya.

Warisan ini terus bernafas—di tangan pewaris, di altar leluhur, dan di dada bangsa yang masih mengenang kejayaan dan pelajaran dari masa silam.

0 Komentar