Gaji Selangit! Profesi Baru Ini Jadi Incaran Banyak Orang

foto
ilustrasi/ foto: freepik
0 Komentar

RADARCIREBON.TV- Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang makin ngebut sekarang ternyata juga bikin banyak orang berlomba-lomba pengin kerja di bidang ini. Soalnya, selain lagi ngetren, gaji di dunia AI juga makin nggak masuk akal saking besarnya.

Salah satu posisi yang paling dicari dan digaji gede adalah ilmuwan senior AI. Menurut laporan dari perekrut kerja dan data industri yang dikutip Financial Times, gaji orang-orang di posisi ini bisa tembus antara US$3 juta sampai US$7 juta per tahun — alias sekitar Rp 48 sampai Rp 113 miliar!

Bahkan, ada juga yang dapet lebih dari US$10 juta per tahun, alias Rp 162 miliar lebih! Gila kan? Angka ini naik 50% dibanding tahun 2022, dan jauh lebih tinggi dibanding insinyur software biasa yang nggak kerja di bidang AI.

Baca Juga:OpenAI Cuan Gede Banget! Pendapatan Tahunan Tembus Rp 162 Triliun!Mattel Gandeng OpenAI: Bikin Mainan Anak Pakai Teknologi AI!

Menurut Kyle Langworthy dari perusahaan rekrutmen Riviera Partner, persaingan buat dapetin talenta AI ini sekarang udah bener-bener panas.

Sampai-sampai, kata dia, “Ini jadi lebih intens selama beberapa tahun terakhir, hingga titik saat pemain tertentu mau melakukan apa saja atau apapun agar bisa membawa bakat tersebut dalam organisasi.”

Gaji Tengah ke Atas Juga Ikut Naik

Nggak cuma yang udah senior, peneliti AI level menengah sampai atas di perusahaan-perusahaan teknologi besar juga gajinya naik signifikan.

Firma rekrutmen Harrison Clarke bilang, gaji mereka sekarang di kisaran US$500 ribu (Rp 8,1 miliar) sampai US$2 juta (Rp 32,5 miliar). Padahal tahun 2022 lalu, gaji di posisi yang sama masih ada di angka US$400 ribu – US$900 ribu.

Terus kalau kamu penasaran berapa gaji di perusahaan-perusahaan besar kayak Meta dan OpenAI, ini bocorannya:

  • Meta: US$186 ribu – US$3,2 juta (sekitar Rp 3 miliar – Rp 52 miliar)
  • OpenAI: US$212 ribu – US$2,5 juta (sekitar Rp 3,4 miliar – Rp 40 miliar)

Tapi walaupun gajinya fantastis, para peneliti AI ternyata nggak cuma ngejar duit loh. Banyak dari mereka justru lebih milih tempat kerja yang punya misi jelas, pemimpin yang bisa dipercaya, dan proyek yang menarik.

Firas Sozan, CEO dari Harrison Clarke bilang, “Selalu ada risiko, jika Anda berakhir di Meta, tidak akan melakukan pekerjaan untuk level yang mungkin dilakukan DeepMind atau OpenAI atau Anthropic.”

Baca Juga:Gas Elpiji 3 Kg Bakal Satu Harga, Begini Penjelasannya!Sewa Lapangan Padel Resmi Kena Pajak 10% – Termasuk Futsal, Gym, Sampai Kolam Renang

Zuckerberg Turun Gunung, Sam Altman: Duit Bukan Segalanya

Saking penginnya Meta dapet talenta AI terbaik, bahkan Mark Zuckerberg turun tangan langsung buat nyari dan milih karyawannya sendiri.

Menurut laporan Wall Street Journal, Zuckerberg sampe nyiapin daftar orang-orang yang pengin dia rekrut, lalu hubungi mereka satu-satu sendiri. Gokil.

Kabarnya, Meta juga pernah nawarin kontrak sampai US$100 juta (Rp 1,6 triliun) buat ahli AI top. Tapi tawaran segede itu ternyata nggak bikin orang-orang tergoda buat pindah.

Bos OpenAI, Sam Altman, bahkan sempat nyindir cara Meta itu. Menurut dia, kalau orang join cuma karena uang besar di depan, itu nggak akan bikin budaya kerja yang sehat dan berkualitas.

“Saya pikir strategi besarnya kompensasi di depan dan itu alasan untuk seseorang bergabung, seperti sejauh mana mereka berfokus pada hal itu dan bukan pada pekerjaan dan misi, saya pikir tidak menciptakan budaya yang hebat,” ujarnya.

0 Komentar