RADARCIREBON.TV – Di antara kabut tipis dan desir angin lembap dataran rendah Sumatra, berdirilah sebuah hutan tua yang menjadi saksi bisu zaman—hutan di mana gajah-gajah besar berjalan senyap, dan harimau berburu di balik pepohonan berlumut. Inilah Tesso Nilo, salah satu potongan terakhir surga tropis yang pernah membentang luas di Pulau Sumatra.
Dulunya, tanah ini berdenyut dengan kehidupan liar yang tak tersentuh. Pohon-pohon meranti menjulang seperti menara alam. Burung rangkong bersahut-sahutan di kanopi hutan. Di sungai-sungai kecil yang membelah tanah ini, tapir dan kijang datang mengintai senja. Tapi kini, suara gergaji mesin menggantikan kicau burung. Jalur jelajah gajah telah berubah menjadi parit perkebunan. Dan Tesso Nilo pun merintih dalam diam.
Namun, meski terkepung perambahan dan dililit api kerakusan manusia, Tesso Nilo belum menyerah. Ia masih menyimpan harapan dalam sisa hutan, dalam jejak-jejak satwa yang bertahan, dan dalam barisan orang-orang yang tak rela melihatnya musnah.
Baca Juga:Berwisata Kaki Gunung Ciremai – VideoBukit Lumpang, Wisata Cirebon Yang Memberikan Keindahan Alam Yang Menawan
Di jantung daratan rendah Riau, tersembunyi sebuah hutan yang dahulu menjadi rumah bagi ratusan spesies langka dan endemik: Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).
Namun kini, surga biodiversitas itu semakin terdesak oleh perambahan liar, ekspansi kebun sawit ilegal, serta konflik antara manusia dan satwa.
Taman Nasional Tesso Nilo ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 255/Menhut-II/2004, pada tanggal 19 Juli 2004, dengan luas awal 38.576 hektare. Luas ini kemudian diperluas menjadi 81.739 hektare melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 663/Menhut-II/2009.
TNTN terletak di wilayah administratif Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Kawasan ini merupakan satu-satunya sisa hutan dataran rendah tropis di Sumatra yang memiliki keragaman hayati sangat tinggi dan unik.
Tesso Nilo dikenal sebagai rumah bagi berbagai jenis ekosistem, termasuk:
Hutan hujan dataran rendah tropis
Hutan sekunder
Lahan rawa dan semak belukar
Sungai-sungai kecil dan danau alami
Keanekaragaman hayatinya luar biasa. Menurut data dari Balai Taman Nasional, terdapat:
360 spesies flora, termasuk pohon-pohon bernilai tinggi seperti meranti, jelutung, kempas, dan gaharu.
107 spesies burung, termasuk rangkong, elang brontok, dan kuau raja.
83 spesies mamalia, termasuk gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) dan harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) yang sangat terancam punah.
18 spesies amfibi dan reptil, seperti biawak air dan ular sanca.
Baca Juga:PLTS Terapung, Harapan Baru Energi Hijau dari Tengah Pulau JawaMenggali Tradisi Kuliner Sumatera Barat: Resep Goreng Baluik yang Lezat dan Menggugah Selera
TNTN juga merupakan zona kunci konservasi gajah Sumatra, dengan populasi diperkirakan mencapai 150–200 individu. Gajah-gajah ini terusik oleh pembukaan kebun sawit ilegal dan pembangunan jalan tidak resmi di dalam kawasan hutan.
Menurut WWF Indonesia, TNTN adalah “satu dari sedikit tempat di dunia yang menjadi rumah dua spesies kunci karnivora dan herbivora besar: harimau dan gajah, dalam satu bentang alam.”