Piala Presiden 2025: Ada Oxford United dan Port FC, Ini Jadwal Pertandingan dan Pesertanya

Marcelino Ferdinan pemain Timnas Indonesia yang kini membela Oxford United
Piala Presiden 2025 akan mempertemukan enam tim dimana dua diantaranya dari luar Negeri. Marcelino akan datang berseragam Oxford United
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Di bawah langit sore Kota Bandung yang mulai memerah, deru suara dari Stadion Si Jalak Harupat menggema jauh ke segala penjuru. Ribuan pasang mata menyatu dalam euforia yang sama: menyambut bergulirnya Piala Presiden 2025, turnamen pramusim yang kali ini tampil dengan wajah baru—lebih segar, lebih internasional, dan lebih menyatukan.

Untuk pertama kalinya sejak digelar pada 2015, Piala Presiden menghadirkan nuansa berbeda: kehadiran dua klub asing. Oxford United dari Inggris dan Port FC dari Thailand ikut ambil bagian. Mereka datang bukan hanya membawa taktik dari negeri seberang, tapi juga membawa semangat kolaborasi lintas batas yang makin dibutuhkan sepak bola Indonesia.

“Sepak bola tak lagi soal menang atau kalah, tapi soal bagaimana kita belajar dari siapa pun, bahkan dari yang datang jauh,” ucap Marselino Ferdinan, gelandang muda Indonesia yang kini memperkuat Oxford United.

Baca Juga:Daftar Calon Pemain Liga Indonesia All Star Piala Presiden 2025 Udah Rilis! Kamu Bisa Vote, di Sini!Arema FC Juara Piala Presiden 2024 Lewat Adu Pinalti

Turnamen ini bukan sekadar ajang pemanasan sebelum Liga 1 dimulai. Ia tumbuh menjadi perayaan—tentang talenta, semangat sportivitas, dan harapan baru. Arema FC hadir sebagai juara bertahan. Persib datang dengan status juara Liga 1 2024–25 dan ambisi membangun dinasti juara. Dewa United, sang kuda hitam, kembali menunjukkan bahwa mimpi besar tak mengenal usia klub.

Namun spotlight justru sering kali tertuju pada tim unik: Liga Indonesia All Stars—sebuah tim hasil voting publik yang mempertemukan pemain dari berbagai klub. Di sana, suporter merasa menjadi bagian dari tim. Mereka memilih pemain, menyatukan musuh lama dalam satu balutan jersey, dan menciptakan ruang kolaboratif yang nyaris mustahil ditemui di kompetisi reguler.

“Waktu lihat Riko Simanjuntak satu tim sama David da Silva, rasanya aneh tapi keren! Kaya mimpi!” kata Fajar, seorang Bobotoh asal Cimahi yang datang menonton langsung.

Bandung dipilih sebagai pusat pertandingan, tapi Jakarta tetap mencuri panggung. Laga pembuka digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno—monumen sejarah olahraga Indonesia. GBK menyambut kehadiran Oxford United dan Liga All Stars dalam pertandingan yang diselimuti haru: suara suporter dari dua dunia bertemu dalam nyanyian yang sama.

Bandung sendiri tidak hanya jadi tuan rumah, tapi juga jadi saksi bagaimana sepak bola bisa jadi obat dari luka-luka masa lalu. Jalak Harupat, yang sempat ditutup untuk renovasi dan evaluasi pasca insiden di masa lalu, kini berdiri sebagai rumah baru yang hangat. Penonton kembali, kali ini dengan aturan lebih ketat, tapi juga dengan kesadaran kolektif yang lebih dewasa.

Total hadiah Rp11 miliar memang jadi daya tarik. Tapi nilai sesungguhnya dari turnamen ini ada pada relasi: antar klub, antar negara, dan antar pendukung. Di satu sisi, Piala Presiden adalah turnamen; di sisi lain, ia adalah ruang pertemuan—dimana jendela bagi pemain muda terbuka, dan pintu bagi penggemar untuk mengenal “musuh” sebagai kawan.

Tak sedikit pula pemain muda yang menggunakan turnamen ini sebagai “etalase” untuk unjuk kemampuan. Nama-nama seperti Arkhan Kaka, Ferdiansyah, hingga pemain akademi Oxford yang berdarah Indonesia mulai mencuri perhatian.

Baca Juga:Marselino Ferdinan Resmi Gabung Oleh Oxford UnitedWawancara Pertama Marselino Dengan Klub Liga 2 Inggris Milik Erik Thohir Oxford United

Saat wasit meniup peluit panjang nanti di partai final tanggal 13 Juli, mungkin satu tim akan pulang dengan trofi dan hadiah miliaran. Tapi seluruh penonton, seluruh pemain, dan seluruh kota yang menyambut, akan pulang dengan sesuatu yang lebih penting: pengalaman, pengakuan, dan keyakinan bahwa sepak bola Indonesia sedang melangkah ke tempat yang lebih baik.

Karena dalam sepak bola, seperti dalam hidup, yang abadi bukanlah skor melainkan kisah di baliknya.

0 Komentar