Tombol Reset Kawasan Trusmi Sudah Ditekan, Sebuah Ikhtiar Menata Ulang Mimpi di Jantung Batik Cirebon

Forkopimda Kabupaten Cirebon melihat proses penertiban di Kawasan Trusmi
Kawasan Trusmi mulai ditata ulang. Para pemangku kebijakan turun langsung memastikan peneriban yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
0 Komentar

RADARCIREBON.TV –Di bawah langit pagi yang teduh, aroma batik dan harapan tercium kuat di ruas jalan Trusmi. Kawasan yang selama ini menjadi denyut nadi kebanggaan Kabupaten Cirebon itu, hari ini memulai lembaran baru. Direset, ditata ulang. Bukan untuk menghapus, tetapi untuk menyembuhkan.

Senin, 7 Juli 2025 menjadi saksi: tangan-tangan negara menyentuh lembut wajah Trusmi—bukan dengan amarah, tetapi dengan harapan.

Pemerintah Kabupaten Cirebon, bersama Polresta dan unsur Forkopimda, hadir bukan sekadar menertibkan. Mereka datang membawa tekad: mengembalikan Trusmi sebagai ruang hidup yang tertib, estetis, dan layak dinikmati oleh siapa saja—warga, pedagang, hingga pelancong yang datang dari jauh hanya untuk melihat jejak motif mega mendung di lembaran kain.

Baca Juga:Bupati Imron Sesalkan Kasus Pelecehan Oleh Kapus Gembongan – VideoWarga Kalipasung Tagih Janji Kampanye Imron Jigus – Video

Penertiban menyasar mereka yang selama ini dianggap mengganggu fungsi kawasan: parkir liar, manusia silver, anak jalanan, punk, gepeng, hingga pedagang kaki lima yang mengambil alih bahu jalan. Namun cara yang dipilih bukan tangan besi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan hati.

Wakil Bupati Cirebon, H. Agus Kurniawan Budiman, pria yang oleh warga akrab dipanggil Jigus, berdiri di tengah keramaian. Dengan suara yang tenang namun tegas, ia berkata:

“Kami tidak ingin menyingkirkan manusia dari ruang hidupnya. Tapi kami ingin ruang ini bisa kembali berfungsi sebagaimana mestinya. Penertiban ini adalah upaya menjaga keindahan, bukan menghilangkan penghidupan.”

Ia paham betul, banyak dari mereka yang berdagang, mengamen, atau sekadar meminta, datang dari desakan perut dan nasib. Maka, pemkab tak ingin hanya menyapu bersih tanpa arah. Mereka berjanji membuka ruang dialog, mencarikan solusi, menyusun ulang skema yang adil.

Kapolresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni, turut menegaskan: “Kami tidak sedang berperang. Kami sedang merawat ruang publik agar kembali jadi milik semua. Jalan bukan tempat berjualan, bukan tempat parkir liar. Kami ingin Trusmi menjadi ikon yang tidak hanya indah dipandang, tapi juga nyaman dijalani.”

Penertiban dilakukan menyeluruh, dari simpang Weru hingga jantung Trusmi. Para petugas gabungan menyisir jalan demi jalan, bukan dengan bentakan, tapi dengan pemahaman.

Di balik sorot mata aparat dan pejabat, ada pesan yang ingin disampaikan: bahwa keindahan sebuah kota bukan hanya soal bangunan dan cahaya lampu, tapi tentang bagaimana manusia dan ruang bisa hidup berdampingan—dengan hormat, dengan rapi, dengan cinta.

Baca Juga:Wabup Jigus Berikan Bantuan Korban Gunung Kuda, Siapkan Skema Jangka PanjangWabup Jigus Soal Longsor Gunung Kuda: Statusnya Tanggap Darurat!!

Kini, Trusmi memulai babak barunya. Bukan semata kawasan batik, tapi ruang kultural yang ditata ulang, agar kembali layak menyambut siapa saja.

Sebuah reset bukan akhir. Ia justru adalah titik tolak. Dari jalanan yang kembali bersih, dari senyum pedagang yang tak lagi terusir, dari wisatawan yang merasa aman—semoga Trusmi bukan sekadar destinasi, melainkan cermin dari bagaimana Cirebon menjaga warisan dan memeluk masa depan.

0 Komentar