Di balik gerakan lembut dan penuh makna saat menari, Ferdi Ihsan Nugraha menyimpan kisah perjuangan yang tak mudah. Pernah dibully karena memilih jalan seni tari, pemuda asal Majalengka ini justru bangkit, menari bukan hanya sebagai ekspresi seni tapi sebagai wujud keteguhan hati dan jati diri.
Sejak kecil, Ferdi Ihsan Nugraha sudah menunjukkan kecintaannya pada seni tari. Di usianya yang masih 20 tahun, ia kerap membawakan tarian Maung Lugay, sebuah tarian khas Sunda yang menggambarkan kekuatan dan kelincahan maung sebagai simbol manusia yang tangguh dan menjaga lingkungannya.
Meski demikian, di balik kemampuannya itu, Ferdi mempunyai masa kelam yakni pernah mengalami perundungan karena keahliannya di bidang tari yang dianggap tidak lazim bagi laki-laki. Meski begitu, ia terus berlatih hingga berhasil menjuarai berbagai lomba, termasuk mewakili Majalengka di ajang FLS2N.
Baca Juga:Heru Cahyono Terima SK Kenaikan Jabatan Fungsional Lektor Kepala di UI BBCDukung Penyelenggaraan Pemerintah Desa Sesuai Regulasi – Video
Menariknya, di tengah kesibukannya yang bekerja sebagai buruh pabrik, namun ia nampak tetap konsisten menjalani dunia tari dengan tergabung di Sanggar Kreatif Sambara. Ia memiliki tekad dengan hasil tabungannya bekerja, suatu saat nanti ia bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah dan ingin mengembangkan seni tari di daerahnya.
Sementara, Ferdi percaya bahwa kemampuan bisa diasah di mana saja selama ada kemauan dan keyakinan pada diri sendiri. Ia berharap keahliannya bisa memberi dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.