RADARCIREBON.TV – Gemerlap lampu Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Sabtu malam (19/7) pukul 19.00 WIB, menjadi saksi bagaimana tim sekelas Persebaya Surabaya dibuat frustrasi oleh tamunya, PSS Sleman. Alih-alih berpesta gol di hadapan puluhan ribu Bonek, Bajul Ijo justru kehabisan akal untuk menembus pertahanan tim tamu. Skor 0-0 saat jeda adalah kenyataan pahit yang harus ditelan oleh tuan rumah.
Padahal ekspektasi tinggi mengiringi laga uji coba ini. Trio lini depan Rivera, Freitas, dan Malik Risaldi digadang-gadang bakal menghujani Sleman dengan gol.
Tapi yang terjadi di lapangan justru kebalikannya. Sepanjang 45 menit pertama, Persebaya seperti mobil sport tanpa bensin—cepat di awal, tapi melempem di depan kotak penalti lawan.PSS Sleman datang dengan mental petarung. Lini belakang mereka, yang dikomandoi Cleberson, bermain rapat dan disiplin.
Baca Juga:Gali Freitas, Pemain Kunci Persebaya dari Timor LestePersebaya vs PSS Sleman: Ini Prediksi Starting XI dan Duel Strategi di Launching Team Game
Seolah-olah Sleman membawa tembok besar dari Jogja dan memarkirnya tepat di depan gawang sendiri. Semua serangan Persebaya mental. Bola panjang, tusukan dari sayap, bahkan tembakan jarak jauh—semuanya teredam tanpa ancaman berarti.
Parahnya lagi, gawang Persebaya justru nyaris kebobolan lebih dulu. Dalam sebuah skema bola mati yang dieksekusi dengan cerdik, PSS nyaris membuat kejutan. Beruntung bagi Bajul Ijo, ada sosok Ernando Ari di bawah mistar. Kiper Timnas itu terbang bak elang malam menepis bola yang mengarah ke sudut gawang. Jika bukan karena reflek sang penjaga gawang, malam ini bisa jadi milik Sleman sepenuhnya.
Persebaya bermain menyerang, tapi tumpul. Mereka menguasai bola, tapi kehilangan arah. Sementara PSS bermain efisien dan tahu kapan harus menghukum lawan. Sebuah kontras yang menampar harga diri tuan rumah—apalagi dengan status laga digelar di kandang sendiri, malam Minggu, dan ditonton ribuan pasang mata yang haus kemenangan.
Pertanyaan pun mulai mengemuka: ke mana nyali dan kreativitas Persebaya? Apakah skema pelatih sudah terbaca? Ataukah semangat juang para pemain hanya menyala saat menyapa penonton, bukan saat mengoyak jala lawan?
Babak kedua jadi momen pembuktian. Apakah Bajul Ijo mampu bangkit, atau justru semakin tenggelam dalam malam yang penuh ironi? Karena sejauh ini, bukan Persebaya yang bermain seperti tim besar—melainkan PSS Sleman yang tampil seperti tuan rumah sesungguhnya.