RADARCIREBON.TV – Siapa sangka? Di antara deru sorakan dan atmosfer panas di Stadion Gelora Bung Tomo malam ini, Sabtu (19/7), ada satu nama yang mencuri perhatian bukan karena mencetak gol, tapi karena mencegahnya: Jajang Mulyana.
Mantan striker yang kini jadi bek tengah andalan PSS Sleman, tampil solid bak dinding baja, memaksa Persebaya Surabaya gigit jari di laga yang berakhir imbang tanpa gol di babak pertama.
Sekilas, nama Jajang Mulyana mungkin terdengar asing bagi generasi baru pecinta sepak bola. Tapi di balik sosoknya yang kini tangguh sebagai bek tengah, ada kisah yang tak banyak diketahui. Jajang bukanlah produk akademi PSS. Ia memulai kariernya di tim junior Persib Bandung sebagai penyerang. Namun, takdir berkata lain—pada usia 18 tahun, kontraknya tak diperpanjang oleh klub masa kecilnya itu. Dari sinilah perjalanan tak terduga itu dimulai.
Baca Juga:Ketat!! Persebaya Surabaya Digembok PSS Sleman!! Babak Pertama Masih 0-0Gali Freitas, Pemain Kunci Persebaya dari Timor Leste
Tahun 2006, Jajang hijrah ke Pelita Jaya dan menemukan momentum. Ia jadi bagian penting dari tim yang berhasil promosi ke Liga Super Indonesia pada 2008. Penampilannya bahkan membuat pelatih Timnas U-21 dan U-23 memanggilnya. Bakat alamiah dan tubuh jangkungnya memang cocok sebagai target man di lini depan—saat itu.
Namun dunia seolah terkejut ketika pada musim 2008-09, Pelita Jaya meminjamkan Jajang ke klub Portugal, Boavista SC. Tak hanya sekadar numpang nama, Jajang tampil dalam 8 laga dan mencetak satu gol. Penampilan impresif itu membuat Boavista mengontraknya kembali, kali ini untuk tim senior. Tapi perubahan besar datang tak lama kemudian.
Saat dipinjamkan ke Sriwijaya FC, pelatih klub melihat potensi lain dari Jajang: ketenangan, kekuatan fisik, dan kemampuan duel udara. Perlahan namun pasti, ia mulai dicoba sebagai bek tengah. Transformasi itu berlanjut di Mitra Kukar, di mana ia bahkan sempat berduet dengan bek Premier League legendaris, Marcus Bent—pengalaman yang mengubah gaya bermainnya secara total.
Puncaknya, saat berseragam Pusamania Borneo FC, Jajang tidak hanya menjadi bek tangguh, tapi juga pemimpin di lini belakang. Bersama Pesut Etam, ia mencicipi berbagai turnamen, termasuk membawa klub lolos hingga semifinal Piala Jenderal Sudirman dan menjuarai Piala Gubernur Kaltim 2016.
Kini di usia 36 tahun, tubuhnya boleh saja tak lagi secepat dulu, tapi otaknya tetap tajam. Di laga melawan Persebaya, ia membuktikan bahwa bek tua belum habis. Berkali-kali ia sukses memotong umpan Rivera dan Freitas. Bola-bola atas? Jangan harap lolos. Jajang adalah tembok kokoh yang membuat lini depan Bajul Ijo frustrasi.
Ironis, mantan striker itu kini jadi momok menakutkan untuk para penyerang. Dari mencetak gol jadi penjegal gol. Sebuah metamorfosis yang tak hanya mengejutkan, tapi juga membuktikan: sepak bola tak pernah kehabisan kisah mengejutkan.