RADARCIREBON.TV – Ini bukan sekadar kemenangan. Ini adalah dominasi total yang dibalut kesabaran. Meskipun hanya menang dengan skor 1-0 atas Filipina U-23, penampilan Timnas Indonesia U-23 dalam laga yang digelar pada Jumat malam (18/7) bisa dibilang superior. Bahkan, statistik pertandingan memperlihatkan satu fakta mencengangkan: kiper Indonesia hanya menyentuh bola sekali sepanjang laga!
Ya, hanya satu kali. Sebuah angka yang berbicara lebih keras dari teriakan suporter di stadion. Fakta ini menandakan betapa dominannya lini tengah dan lini belakang Garuda Muda dalam meredam setiap potensi serangan Filipina. Seolah-olah gawang Indonesia dilindungi tembok tak kasat mata.
Meski skor akhir tidak mencolok, namun angka-angka di balik layar menunjukkan cerita sesungguhnya. Timnas Indonesia U-23 menguasai 67 persen penguasaan bola, nyaris dua kali lipat dibanding Filipina. Di lapangan, bola lebih sering dimiliki pemain merah-putih ketimbang terlihat di kaki lawan.
Baca Juga:Arab Saudi dan Irak, Ujian Sekaligus Keuntungan bagi Timnas IndonesiaTantangan Timnas Indonesia: Adaptasi Cuaca Jelang Laga di Arab Saudi
Dari sisi serangan, Indonesia juga menunjukkan mental menyerang yang agresif. Total 17 tembakan dilepaskan Indonesia, berbanding jauh dengan hanya 4 tembakan dari Filipina. Bahkan, tembakan tepat sasaran tercatat 7 berbanding 1, yang artinya kiper lawan harus benar-benar bekerja keras, sementara kiper Indonesia bisa duduk santai—secara harfiah.
Tak hanya itu, dari sisi distribusi bola, Indonesia tampil sangat disiplin dan terorganisir. Sebanyak 582 operan berhasil dicatatkan, dua kali lipat lebih banyak dari 297 operan yang dilakukan pemain Filipina. Ini bukan hanya soal kuantitas, tapi juga soal kendali. Setiap umpan adalah bukti bahwa Garuda Muda tahu cara bermain dengan kepala dingin dan kaki panas.
Permainan indah ini tak lepas dari kontribusi para pemain seperti Jens Raven, Arkhan Fikri, Robi Darwis yang tampil luar biasa. Koordinasi lini per lini begitu solid, serangan dari sayap mengalir lancar, dan lini tengah bermain seperti orkestra yang mengatur tempo dengan presisi.
Pelatih Indonesia pun patut diacungi jempol. Skema yang diterapkan berhasil membuat lawan frustrasi. Filipina seperti tak diberi izin untuk menyentuh bola terlalu lama, apalagi mendekati kotak penalti Garuda.
Ini bukan hanya kemenangan, tapi pernyataan. Bahwa Garuda Muda tidak datang untuk sekadar ikut turnamen, mereka datang untuk menguasainya. Dan jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Indonesia U-23 akan jadi mimpi buruk bagi siapa pun di Asia Tenggara.