Yang membuat semuanya semakin menarik adalah fakta bahwa Como dan Ajax tahun lalu menandatangani kesepakatan kerjasama jangka panjang. Mereka sepakat saling tukar ilmu, pemain, dan pendekatan taktik. Namun di Como Cup ini, mereka tampil sebagai rival. Hasilnya sangat ironis: “anak magang” mengalahkan “mentor” dengan skor mencolok.
Kemenangan ini bukan hanya kemenangan Como atas Ajax, tapi juga pesan keras kepada dunia sepak bola. Klub kecil, jika dikelola serius dengan kombinasi modal, strategi, dan keberanian ambil risiko, bisa melangkah lebih jauh dari yang pernah dibayangkan.
Untuk sepak bola Indonesia, ini adalah angin segar. Bahwa pengusaha Indonesia kini tidak hanya jadi penonton di sepak bola global, tapi juga aktor utama di dalamnya. Como 1907 yang dulu asing di telinga banyak orang, kini mencetak sejarah dan membuat Amsterdam diam membisu.
Baca Juga:Cesc Fabregas Ngarep Messi Gabung ComoKarya Didit Prabowo, Jersey Anyar Como 1907 Jadi Simbol Diplomasi Budaya Dua Negara
Como Cup 2025 bukan hanya turnamen pemanasan. Ini adalah panggung peringatan. Bahwa revolusi bisa datang dari mana saja. Termasuk dari Como, kota kecil yang kini bersuara besar di jagat sepak bola Eropa.