RADARCIREBON.TV- Dalam era digital saat ini, konten adalah aset yang sangat berharga yang dapat menawarkan banyak peluang, seperti personal branding dan keuntungan finansial besar. Namun, membuat konten tidak semudah yang terlihat. Perlu waktu, gagasan, energi, dan kadang-kadang biaya. Nah, bayangkan jika orang lain tiba-tiba mengambil semua usaha itu tanpa izin Anda. Bukankah itu tidak hanya mengganggu, tetapi juga sangat membahayakan?
Di sinilah pentingnya paham apa itu owning content. Ini bukan sekadar istilah, tapi konsep penting yang wajib dipahami para kreator maupun pemilik bisnis. Owning content berarti kamu benar-benar memegang kendali atas kontenmu, baik dari segi hak cipta, pemanfaatan, hingga potensi keuntungannya. Yuk, cari tahu lebih dalam arti, contoh, dan manfaat owning content!
1. Apa itu owning content?
Owning content adalah hak penuh atas kepemilikan sebuah konten, baik video, foto, tulisan, desain, maupun bentuk karya digital lainnya. Siapa pun yang memegang owning content berarti punya kuasa untuk menggunakan, mengedit, membagikan, atau mempublikasikan konten tersebut di mana pun dan kapan pun mereka mau.
Baca Juga:Yuk Kenali Google AI Ultra, Investasi Masa Depan Bagi Para Konten Kreator Digital!AI untuk Konten Kreator: Inilah 3 Tips Jitu Membuat Konten Semakin Lebih Menarik dan Viral
Sangat menarik bahwa pemilik konten tidak selalu orang yang membuatnya. Misalnya, Anda dibayar untuk membuat video promosi produk. Jika dari awal sudah diputuskan bahwa merek membeli konten, hak kepemilikan menjadi milik merek tersebut, bukan Anda lagi. Mereka dapat mengunggah konten mereka di Instagram, TikTok, website, dan bahkan di billboard.
Ini adalah perbedaan utama antara kepemilikan konten dan endorse. Dalam sistem endorse, kreator biasanya membuat dan mengunggah konten untuk mempromosikan produk, tetapi kepemilikan konten tetap di tangan pembuat, bukan merek. Artinya, merek tidak bisa sembarangan menggunakan konten tersebut di media lain tanpa izin merek. Oleh karena itu, kepemilikan konten memberikan kontrol penuh atas kepemilikan konten.
2. Contoh owning content
Bayangkan bahwa Anda adalah seorang vlogger kecantikan yang membuat video tutorial makeup, ulasan produk, dan unboxing kecantikan. Suatu hari, sebuah merek kosmetik melihat videomu dan ingin bekerja sama denganmu. Namun, merek tersebut ingin membeli hak milik atas video tersebut, bukan hanya endorsement yang biasanya diunggah ke akun Anda.