RADARCIREBON.TV – Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year) di kuartal II 2025 mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, proyeksi sebelumnya dari berbagai lembaga dan ekonom justru memperkirakan angka pertumbuhan hanya berada di kisaran 4,7 hingga 4,8 persen. Bahkan, prediksi dari LPEM FEB UI yang biasanya mendekati realisasi dan mematok pertumbuhan di rentang 4,78–4,82 persen. Konsensus 30 ekonom dalam survei Bloomberg pun menyebut angka 4,8 persen sebagai perkiraan paling rasional.
Yang membuat pencapaian ini semakin mencengangkan adalah minimnya faktor musiman yang biasanya mendorong konsumsi rumah tangga. Jika dibandingkan dengan kuartal I 2025, yang didorong oleh momentum Ramadhan dan Lebaran. Pertumbuhan saat itu justru hanya 4,87 persen. Sedangkan pada kuartal II, momentum konsumsi seperti libur sekolah baru terjadi di akhir Juni, atau tepat di ujung periode pelaporan. Padahal, sepanjang April – Juni, kondisi ekonomi dipengaruhi oleh berbagai tekanan, seperti daya beli lemah, ketidakpastian investasi, serta tensi geopolitik dan tarif dagang global. Artinya, lonjakan 5,12 persen ini muncul bukan karena dorongan musiman, melainkan faktor struktural seperti penguatan konsumsi rumah tangga, investasi (PMTB), dan potensi belanja pemerintah.
BPS Melaporkan
Media Asing Soroti Lonjakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,12 Persen di Kuartal II 2025, Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen year-on-year (YoY) pada kuartal II 2025 menarik perhatian sejumlah media internasional. Pertumbuhan ini tercatat sebagai yang tercepat sejak kuartal II 2023 dan jauh melampaui ekspektasi sebelumnya yang dipatok hanya 4,80 persen.
Baca Juga:Tanggapan Pelaku Usaha Terkait Laporan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melonjak 5,12 PersenMedia Asing Soroti Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,12 Persen di Kuartal II 2025
Channel News Asia (CNA) dari Singapura menyoroti capaian ini dalam laporan berjudul “Indonesia Q2 GDP growth at 5.12% y/y, beats expectations”, menyebut ekonomi RI tumbuh lebih cepat dari proyeksi. Vietnam Plus juga menyoroti peran konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama, diikuti oleh investasi (PMTB) sebesar 2,06 persen dan belanja pemerintah 0,22 persen. Wakil Ketua Umum Kadin, Saleh Husin, menyebut lonjakan ini mengejutkan, mengingat daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih dan arah kebijakan investasi masih belum pasti.
Sementara itu, Bloomberg menulis dalam artikelnya berjudul “Indonesian Growth Unexpectedly Jumps Despite Weak Lending”, bahwa lonjakan ekonomi ini terjadi di tengah melemahnya pertumbuhan kredit dan penurunan signifikan tenaga kerja di sektor manufaktur. Bloomberg menegaskan angka ini berhasil melampaui proyeksi perlambatan ekonomi yang semula hanya diperkirakan di angka 4,8 persen.