RADARCIREBON.TV – Jakarta sore ini kembali menjadi panggung drama Liga 1. Persija Jakarta menjamu Persita Tangerang. Kick-off dimulai, dan seperti biasa, The Jakmania berharap penuh pada skuat asuhan Mauricio Ferreira de Souza. Harapannya sederhana: jangan bikin malu di kandang sendiri. Harapannya realistis: jangan buang peluang naik klasemen cuma gara-gara malas cetak gol.
Mauricio tak mau ambil risiko. Di belakang, ia memasang duet “tembok” Jordi Amat dan Rizky Ridho. Tentu saja, istilah “tembok” ini masih menunggu pembuktian, apakah tembok bata atau tembok tripleks. Di lini tengah, Gustavo Franca “Pak Kumis”, Fabio Silva, untuk mengatur ritme. Di depan, Eksel Runtukahu dipasang sebagai starter, ditemani Allano, yang diharapkan bukan cuma jadi pemanis foto starting XI.
Persita datang dengan gaya berbeda. Carlos Pena seperti sedang main tebak-tebakan. Rekrutan barunya, Hokki Caraka, yang digadang-gadang jadi mesin gol justru disimpan di bangku cadangan. Mungkin Pena ingin memberi kejutan di babak kedua, atau mungkin ia masih ragu apakah Hokki datang untuk cetak gol atau sekadar nonton pertandingan di Tangerang.
Baca Juga:Persija Jakarta Start dari Peringkat 11, Malam Ini Wajib Menang Lawan Persita!Persita Waspada! Persija Turunkan 10 Pemain Asing di Laga Pembuka Super League 2025/2026 Live Malam Ini!
Sebagai gantinya, tiga striker dilepas bersamaan: Rayco Rodrigues, Evan Tuhuteru, dan Ahmad Nur Hardianto. Formasi yang terlihat berani… atau nekat, tergantung hasil akhir.
Namun cerita sore ini bukan sekadar soal siapa starter dan siapa cadangan. Persija punya PR besar: bukan hanya menang, tapi menang minimal tiga gol. Ya, tiga gol, supaya bisa melompati Persib Bandung atau Malut United di klasemen. Sekadar menang 1-0? Maaf, itu hanya cukup untuk pamer di Instagram, bukan untuk puncak klasemen.
Puncak klasemen saat ini dikuasai Malut United, tim yang entah bagaimana bisa menyalip tim-tim besar tanpa banyak ribut di media. Posisi kedua dipegang Persib, yang tentu saja tidak ingin digeser hanya gara-gara Persija sedang semangat.
Jadi, tugas Mauricio sore ini mirip seperti ujian nasional: tak cukup benar, harus sempurna. Eksel Runtukahu dituntut jadi eksekutor dingin, Allano jangan cuma lari-lari kencang lalu hilang arah, dan Pak Kumis wajib mengatur tempo seperti dirigen orkestra yang tahu semua nada.