PSG di sisi lain terlihat mulai goyah. Para bintang mahal mereka mulai frustrasi. Setiap peluang yang coba dibangun kandas di kaki-kaki pemain Tottenham yang tampil disiplin dan agresif. Bukannya mengurung lawan tanpa ampun, PSG malah terjebak dalam pola yang sama: bola diputar, crossing coba dilepaskan, tapi penyelesaiannya nihil.
Jika skor ini bertahan, sejarah akan mencatatnya sebagai salah satu final yang memalukan bagi PSG. Bagaimana tidak? Mereka bukan cuma kalah dari tim yang dianggap inferior, tapi juga kebobolan dua kali dari bek lawan. Untuk klub yang dibangun dengan dana tak terbatas, itu rasanya seperti membeli kapal pesiar tapi karam di kolam renang.
Tottenham? Mereka sekarang di atas angin. Dua gol keunggulan di final seperti ini adalah modal besar. Dan kalau PSG tak segera menemukan akal sehatnya, trofi Supercup akan melayang ke London Utara, dibawa pulang oleh tim yang katanya hanya “kuda hitam”, tapi malam ini tampil seperti raja.