RADARCIREBON.TV – Stamford Bridge tidak pernah sekadar lapangan hijau. Minggu malam ini, ia akan berubah menjadi medan perang, tempat di mana juara dunia Chelsea dan raja baru Inggris, Crystal Palace, saling mengukur tajinya. Ini bukan pertandingan biasa, melainkan duel perebutan wibawa, gengsi, dan klaim siapa sebenarnya penguasa sepak bola Inggris.
Chelsea datang dengan aura besar: status sebagai juara Dunia Antarklub 2025. Mereka baru saja menundukkan PSG dengan skor telak, sebuah kemenangan yang memberi label “kekuatan global” pada skuad Enzo Maresca. Tapi di Premier League, gelar dunia tidak menjamin apa-apa. Liga ini lebih mirip koloseum, di mana setiap tim datang dengan pedang terhunus.
Maresca tahu, di hadapannya bukan lagi Palace yang dulu mudah dipukul mundur. Crystal Palace kini berdiri sebagai kekuatan baru. Mereka meruntuhkan Liverpool juara Premier League di Community Shield, menjungkalkan Manchester City di final Piala FA, dan dengan berani mendeklarasikan diri sebagai raja baru Inggris. Stamford Bridge, tempat Chelsea biasanya berteriak sebagai penguasa, justru kini bisa jadi arena di mana keperkasaan itu dipertanyakan.
Baca Juga:Jadwal Kick Off, Cara Nonton Streaming Man UTD Vs Arsenal! Menunggu Ledakan Trio BBM!Taklukan Wolves 0-4, Modal Penting Hadapi Tottenham! Tijjani Jadi Aktor Antagonis!
Cole Palmer akan menjadi motor Chelsea, dirancang sebagai otak serangan. Dialah jenderal yang mengatur arus permainan, memutuskan kapan harus menusuk dan kapan melambatkan ritme. Di depannya, Joao Pedro siap mengubah peluang sekecil apapun menjadi tusukan mematikan. Namun seberapa tajam mereka, ketika barisan Palace yang disiplin menunggu dengan jebakan-jebakan?
Palace bukan sekadar bertahan. Mereka punya senjata yang bisa membuat Stamford Bridge terdiam. Jean-Philippe Mateta, penyerang yang kini menjelma monster kotak penalti, dipadukan dengan kreativitas Eberechi Eze yang licin. Kedua pemain ini bisa menjadi mimpi buruk bagi Reece James dan kawan-kawan. Satu kelengahan, dan Chelsea bisa terkapar di rumah sendiri.
Chelsea yang dulu identik dengan “tembok biru” kini justru sering terlihat rapuh di lini belakang. Adarabioyo dan Chalobah kadang seperti prajurit baru yang masih belajar membaca arah panah lawan. Cucurella pun kerap dipaksa menjadi bek sayap yang lebih sering terseret dalam duel-duel kalah angka. Jika Palace menyerang dengan timing tepat, Stamford Bridge bisa berubah menjadi panggung eksekusi.