Keberanian Olly Sastra: Mengangkat Bendera Merah Putih Pertama di Cirebon

Olly Sastra (Olly Siti Soekini)
Foto: Radar Indramayu
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Di Jalan Pagongan, Cirebon, terdapat sebuah rumah kuning sederhana yang menyimpan cerita menakjubkan tentang Olly Siti Soekini, yang lebih dikenal sebagai Olly Sastra. Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan yang kuat dari wilayah Cirebon.

Anak bungsunya, Indra Ratna Esti Handayani, yang kini berusia 60 tahun, dengan bangga membagikan cerita tentang ibunya. Olly Sastra tidak hanya menjadi saksi peristiwa kemerdekaan, tetapi juga berperan penting sebagai penjahit serta orang pertama yang mengibarkan bendera Merah Putih di Cirebon.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah berita proklamasi menyebar, Olly Sastra bersama pejuang lainnya segera bergerak. Mereka menuju Gedung Djawa Hookoo Kai, yang pada waktu itu berfungsi sebagai markas Jepang. Di tempat tersebut, Olly dengan gagah berani mengibarkan bendera Merah Putih yang ia buat sendiri.

Baca Juga:Kebanggaan Jateng! Ekonomi Melesat 5,28%, Dunia Usaha Ikut Merasakan ManfaatJanji Terwujud! Ahmad Lutfhi Pastikan Insentif Guru Honorer Cair, Jadi Bukti Komitmen Pemprov Jateng

Tindakan berani ini memicu kemarahan tentara Jepang. Mereka merobek dan membakar bendera tersebut. Olly Sastra mengalami kekerasan, dipukul dan dijambak hanya karena keberaniannya mengibarkan bendera. Esti mengingat perkataan tentara Jepang saat itu, “Indonesia merdeka diberikan oleh saya. “

Barang bukti dari perjuangan Olly Sastra masih tersimpan di rumah warisan keluarganya, sebuah bendera Merah Putih yang sudah pudar, robek, dan berlubang akibat terbakar. Esti sengaja tidak pernah mencuci atau menjahitnya, untuk menjaga keasliannya sebagai warisan sejarah yang sangat berharga.

Karena keberaniannya, Olly Sastra diberi julukan “Srikandi Cirebon” oleh teman-teman seperjuangannya. Ia tidak hanya berani mengibarkan bendera, tetapi juga pernah menyembunyikan para pejuang di lumbung padi, bahkan ketika nyawa anaknya dalam ancaman.

Setelah Indonesia merdeka, kehidupan Olly Sastra terus menjadi sumber inspirasi. Ia menikah dengan Soetopo, dikaruniai delapan anak, dan memiliki hubungan dekat dengan Presiden Soekarno. Salah satu anaknya bahkan diberi nama langsung oleh Soekarno, seperti yang tertera dalam surat bertanggal 6 Juni 1957.

Pada tanggal 16 Oktober 1994, Olly Sastra menghembuskan napas terakhir di usia 70 tahun. Esti hingga sekarang masih menjaga bendera bersejarah tersebut di rumah peninggalan kakeknya. Olly Sastra berpesan agar bendera itu tidak diserahkan kepada orang lain karena khawatir akan hilang, kecuali ada museum khusus yang dapat menjamin keamanannya. Melalui pesan ini, ia ingin memastikan bahwa warisan sejarahnya masih terpelihara dalam keluarga dan suatu saat nanti bisa diserahkan dengan upacara yang layak.

0 Komentar