Van Gastel juga menyoroti insiden kartu merah yang muncul di babak kedua. Jumlah pemain lawan yang berkurang semestinya bisa dimaksimalkan untuk mencetak kemenangan—namun kenyataan berkata lain.
“Mereka banyak yang terjatuh atau berpura-pura cedera saat kita menyerang. Ini lebih soal mental dan kontrol emosional di akhir laga.” Ia menyimpulkan dengan nada setengah kecewa.
“Hasil ini cukup mengecewakan, tapi saya tidak bisa menyalahkan pemain. Mereka berusaha maksimal.”
—Implikasi untuk Lanjutan Musim—
Baca Juga:1-1! PSIM Cegah Kemenangan Arema FC dengan Gol DramatisArema Resmi di Kudeta! Persija Menang 0-2 Naik ke Puncak Klasemen, Persib Bandung Masih Mengintai!
Dengan satu poin ini, PSIM Yogyakarta sementara berada di peringkat ketiga klasemen, disusul Arema yang duduk di posisi kedua, keduanya mengoleksi empat angka.
Lebih dari sekadar angka di papan, hasil imbang ini menandai genggaman mental yang penting bagi tim promosi seperti PSIM. Mereka membuktikan mampu bersaing dan menyulitkan tim yang secara tradisional lebih mapan—sebuah sinyal positif untuk menghadapi jadwal padat di kompetisi yang masih panjang.
~Analisis Teknis dan Taktis
Dalam skema permainan Van Gastel, tekanan tinggi dan mobilitas sayap menjadi kekuatan utama. Dominasi penguasaan bola dan volume serangan menggambarkan strategi ofensif yang terencana.
Namun, ketidaktepatan dalam eksekusi dan pengambilan keputusan di kotak penalti menunjukkan ruang perbaikan, terutama dalam penyelesaian akhir dan penyusunan kombinasi final third.
Kartu merah bagi Arema sejujurnya membuka jalan lebar bagi PSIM untuk merebut tiga poin. Tapi disrupsi mental serta kurangnya ketajaman di area krusial menggagalkan peluang tersebut.
Ini menjadi catatan penting jelang laga-laga berikutnya di mana PSIM harus segera menunjukkan efisiensi di zona akhir dan menjaga kestabilan mental di momen-momen genting.