Cara Desa Jaga Api Perjuangan,Dulu Berjuang Angkat Senjata, Sekarang Berjuang Lawan Pembodohan Dan Kemiskinan

Karnaval
Desa punya cara sendiri merayakan kemerdekaan Foto: radarcirebon.tv
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Perayaan kemerdekaan sering kita bayangkan sebagai upacara resmi di alun-alun, dengan barisan rapi, pidato panjang, dan protokol ketat.

Tentu itu bagian penting dari tradisi. Namun, kenyataannya kemerdekaan tidak hanya milik mereka yang berdiri di mimbar dengan jas dan seragam.

Kemerdekaan adalah milik semua rakyat Indonesia, baik di kota besar dengan gedung megah, maupun di desa kecil dengan jalan berdebu.

Baca Juga:Bambang Mujiarto: Qurban Idul Adha dan Semangat Gotong Royong Bung Karno yang Terus HidupSebut Petani Pahlawan Pangan: Bambang Dorong Optimalisasi Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

Di Desa Bakung Kidul, Kecamatan Jamblang, masyarakat punya cara sendiri untuk merayakan. Karnaval Agustusan di desa ini terasa sederhana, tapi justru di situlah makna kemerdekaan terlihat begitu nyata. Tak ada panggung VIP, tak ada barisan pejabat dengan kursi empuk. Yang ada hanyalah warga, dari anak-anak sampai orang tua, berbaur dengan penuh semangat.

Tokoh masyarakat sekaligus Anggota DPRD Jawa Barat, Bambang Mujiarto ST, hadir dalam karnaval ini. Namun kehadirannya bukan untuk mencuri sorotan, melainkan menyampaikan pesan tentang filosofi kemerdekaan.

“Dulu pejuang kita mengangkat senjata. Hari ini, perjuangan kita berbeda: membangun desa, mendidik anak-anak, dan menjaga persatuan. Karnaval ini bukti bahwa masyarakat bisa merayakan kemerdekaan dengan cara sendiri yang tak kalah bermakna,” katanya.

Kata-kata itu disambut tepuk tangan warga. Karena memang benar perjuangan hari ini tidak lagi soal mengusir penjajah, tapi bagaimana kita mengisi kemerdekaan dengan kerja nyata. Dan warga Bakung Kidul menunjukkannya dengan cara yang sederhana namun tulus.

Aneka kendaraan yang disulap menjadi aneka tontonan, anak-anak dengan kostum manarik, ibu-ibu yang menari dengan penuh percaya diri, hingga atraksi unik di jalan desa semuanya jadi potret bahwa kemerdekaan adalah pesta rakyat, bukan sekadar acara formal.

Kalau mau jujur, suasana karnaval desa ini justru terasa lebih hangat daripada seremoni besar di kota. Di sini, tidak ada jarak antara penonton dan peserta. Semua adalah bagian dari perayaan. Semua merasa memiliki.

Bambang Mujiarto menambahkan, “Keragaman yang kita lihat hari ini adalah kekuatan. Kita bisa berbeda penampilan, berbeda kreativitas, tapi ketika berjalan bersama, semuanya menyatu. Begitu pula bangsa ini seharusnya.”

0 Komentar