RADARCIREBON – Kalau ada kamus baru tentang kata “ironi”, mungkin contoh kalimatnya adalah: Persib Bandung dikasih penalti, tapi tetap saja kalah. Begitulah realitas pahit yang menampar sang juara bertahan ketika bertamu ke Stadion Gelora Bumi Kartini, markas tim promosi Persijap Jepara. Skor akhir 2-1 untuk tuan rumah menjadi alarm keras bahwa Persib bukan lagi macan yang menakutkan, melainkan macan ompong yang kesulitan mencakar.
Padahal, di atas kertas, Persib seharusnya menggulung Persijap dengan mudah. Materi pemain jauh lebih mahal, pengalaman jauh lebih matang, dan status tim papan atas yang musim lalu mengangkat trofi. Sementara Persijap hanyalah pendatang baru yang masih sibuk menata napas di Liga 1. Tapi, sepakbola bukan matematika. Lapangan hijau tidak pernah tunduk pada harga pasar transfer.
Buktinya, babak kedua menjadi panggung kejatuhan Persib. Gol pertama lahir di menit 68, lewat kaki Carlos Franca. Seolah belum cukup menyakitkan, drama klimaks terjadi di injury time. Persib sempat dapat penalti setelah Uilliam dilanggar di kotak terlarang. Striker asing itu maju sendiri jadi eksekutor dan sukses menipu kiper, skor imbang 1-1. Seisi stadion sempat terdiam. Tapi hanya butuh satu menit bagi Persijap untuk membalikkan keadaan. Abdalah Sudi mencetak gol kemenangan di menit 90+3, dan Bobotoh pun hanya bisa menatap layar kaca dengan dada sesak.
Baca Juga:Persib Incar Persija, Ambisi Turunkan Dari Puncak Klasemen! Cara Nonton, Link pertandingan dan Streamingnya!Siapa Saja 5 Pemain Termahal Persijap? Mungkin Bisa Menjadi Ancaman untuk Persib
Di titik ini, wajar bila pertanyaan besar muncul: apa yang sebenarnya dimainkan Persib? Sejumlah peluang emas hanya jadi buih yang menguap. Tidak ada tembakan jarak jauh, tidak ada kreasi menusuk, dan lini tengah lebih sibuk berputar-putar tanpa arah. Persib tampak seperti tim kebingungan yang kehilangan identitas. Jika ini disebut permainan juara bertahan, maka publik pantas tertawa getir.
Yang lebih ironis, kegagalan ini membuat misi menyalip Persija di puncak klasemen kandas. Persib masih terjebak di bawah rival bebuyutan, dan setiap pekan jarak terasa makin sulit dikejar. Bobotoh jelas geram, bukan hanya karena kalah dari tim promosi, tetapi karena tim sebesar Persib tidak punya rencana cadangan ketika permainan buntu. Semua serba terlambat, serba tumpul, dan serba tidak meyakinkan.