Namun publik tetap menuntut sesuatu yang lebih. Apalagi, debut keduanya berlangsung di laga yang seharusnya “ringan”, menghadapi Osasuna yang secara kualitas jauh di bawah Madrid. Justru di pertandingan seperti inilah biasanya para pemain baru bisa unjuk gigi tanpa tekanan berlebihan. Fakta bahwa Mastantuono dan García gagal memanfaatkan momen ini membuat sorotan semakin tajam.
Meski begitu, menyebut mereka gagal di awal tentu terlalu dini. Debut hanyalah langkah pertama, dan jalan mereka masih panjang. Madrid jelas tidak mendatangkan Mastantuono hanya untuk satu pertandingan. Begitu pula García, yang ketajamannya sudah terbukti di turnamen internasional. Yang dibutuhkan keduanya saat ini hanyalah waktu, adaptasi, dan kesempatan.
Madrid sendiri juga harus memberi ruang bagi proses tersebut. Menaruh label “new Messi” atau “top scorer dunia” terlalu cepat bisa jadi bumerang. Setiap pemain butuh ritme dan rasa percaya diri yang hanya bisa datang lewat menit bermain. Pertandingan berikutnya akan jadi ujian apakah mereka bisa menjawab ekspektasi itu atau sekadar jadi bagian dari daftar panjang pemain muda yang tenggelam di Bernabéu.
Baca Juga:Kuasai Pertandingan,Cuma Menang 1-0! Real Madrid Diselamatkan Penalti, Gagal Salip Barca di Puncak Klasemen!Franco Mastantuono: Anak Ajaib Argentina yang Siap Menjadi Tulang Punggung Real Madrid
Untuk saat ini, debut Mastantuono dan Gonzalo García mungkin terasa biasa saja. Tidak ada gol, tidak ada assist, tidak ada momen ikonik. Tapi sejarah Madrid menunjukkan, banyak bintang besar lahir justru setelah melewati debut yang hambar. Waktu akan menjawab apakah keduanya hanya lewat sebagai pemain singgah, atau benar-benar akan jadi nama besar di daftar legenda Los Blancos.