Namun, Garnacho tetap menaruh harapan tinggi. Ia ingin segera menutup bab United dan membuka lembaran baru di Stamford Bridge. Bagi anak muda ini, yang penting adalah menit bermain, panggung besar, dan kebebasan dari bayang-bayang Amorim. Ia tidak peduli apakah Chelsea sedang terjebak dalam krisis identitas atau masih berjuang mencari manajer yang bisa bertahan lebih lama dari satu musim. Yang penting, ada klub yang masih percaya padanya.
Jika transfer ini benar-benar terwujud, Garnacho akan jadi simbol lain dari kebijakan transfer kacau balau Chelsea: membeli pemain muda dengan harga setengah gila, berharap mereka jadi bintang, lalu menumpuknya dalam skuad gemuk yang lebih mirip akademi eksperimen. Tapi mungkin di situlah daya tariknya: Garnacho pindah dari klub yang hancur arah ke klub yang tak tahu arah. Dari Old Trafford yang penuh drama ke Stamford Bridge yang penuh teka-teki.
Satu hal pasti: kisah Garnacho ini menunjukkan betapa cepatnya cinta suporter berubah jadi benci, betapa singkatnya status “wonderkid” bisa runtuh, dan betapa kejamnya industri sepak bola. Garnacho ingin pergi, United ingin menjual, Chelsea ingin menawar dan kita semua tinggal menunggu siapa yang paling sabar dalam permainan tawar-menawar ini.