RADARCIREBON.TV – Fenerbahce menyia-nyiakan peluang emas di leg pertama playoff Liga Champions 2025/2026. Bermain di Stadion Sukru Saracoglu, Rabu (20/8) malam waktu setempat, mereka hanya mampu bermain imbang 0-0 melawan Benfica yang sejak menit ke-71 sudah pincang dengan sepuluh pemain.
Ironinya, Benfica justru terlihat lebih menikmati penderitaan itu. Sementara Fenerbahce, dengan dukungan penuh publik sendiri, justru tampil seperti tim kebingungan yang lupa cara mengeksekusi peluang.
Momen kunci terjadi di babak kedua ketika gelandang Benfica, Florentino Luís, diusir wasit usai menerima kartu kuning kedua. Seharusnya inilah kesempatan emas bagi Fenerbahce untuk menggempur habis pertahanan lawan. Namun yang terjadi justru kebalikannya: Fenerbahce menekan, tetapi hasilnya nihil.
Baca Juga:Jadwal Kick Off dan Link Streaming Fenerbahce vs Benfica: Menanti Magis Mourinho Spesialis Liga Champions!Prediksi Pertandingan Fenerbahce vs Benfica Playoff Liga Champions 2025: Siapa yang Lebih Unggul?
Catatan statistik semakin mempermalukan tuan rumah. Total 13 tembakan dilepaskan, enam di antaranya mengarah tepat ke gawang. Hasil akhirnya? Nol besar. Seolah para penyerang Fenerbahce bersekongkol menolak mencetak gol.
Benfica, yang sepanjang laga lebih banyak bertahan, justru tetap mampu mencuri peluang berbahaya lewat serangan balik. Seakan-akan bermain dengan sepuluh orang bukan masalah, bahkan menjadi tamparan psikologis bagi tuan rumah yang terlihat frustrasi.
Salah satu sorotan tentu mengarah pada Anderson Talisca. Mantan rekan setim Cristiano Ronaldo di Al Nassr itu kini membela Fenerbahce. Sayangnya, laga kontra Benfica justru memperlihatkan sisi lain dari Talisca: banyak bergerak, eksplosif, tapi tak cukup tajam.
Ironi lainnya, Talisca justru mendapat perlakuan keras dari lawan yang membuat drama semakin menarik. Seakan-akan takdirnya memang tak bisa jauh dari lingkaran kisah CR7: selalu penuh sorotan, tapi tak selalu berujung gemilang.
Jose Mourinho, pelatih Fenerbahce, mencoba menutup malu dengan komentar ketus usai laga. Menurutnya, “satu tim ingin menang, tim lain hanya mencari hasil imbang.” Pernyataan itu terdengar nyaring, tapi bukankah justru Fenerbahce yang gagal memanfaatkan kondisi unggul jumlah pemain?
Jika Benfica hanya “mencari seri,” berarti Fenerbahce memberi mereka apa yang dicari. Di rumah sendiri, dengan dukungan penuh, hasil imbang tanpa gol jelas lebih pantas disebut kegagalan ketimbang keberhasilan.