Sarkasme pun mengalir deras: siapa sangka, De Gea yang dianggap sudah habis ternyata masih punya nyawa. Sementara MU yang jor-joran belanja pemain justru kehabisan bensin. Jika ini bukan lelucon pahit, lalu apa?
Kemenangan Fiorentina memang baru langkah awal, tapi sudah cukup untuk menegaskan bahwa De Gea masih relevan. Dan MU? Klub itu sedang terjebak dalam fase “rebranding” yang tak kunjung selesai. Beli pemain mahal, ganti manajer berkali-kali, tapi hasilnya tetap nihil.
Kisah De Gea dan United ini pada akhirnya jadi potret klasik: yang dibuang ternyata berkilau, yang merasa besar justru terpuruk. Dunia sepakbola kadang memang suka membolak-balikkan keadaan. Dan kali ini, David De Gea lah yang bisa tertawa paling keras.