Dan jika membaca dinamika pasar taruhan, kekhawatiran terhadap West Ham jelas terlihat. Setelah kalah 3-0 di laga pembuka melawan Sunderland, peluang mereka terdegradasi turut meningkat—menjadi salah satu tim dengan frekuensi buruk di musim awal dengan catatan gol kebobolan yang tinggi dan performa tak stabil.
Lebih lanjut, polarisasi di kalangan suporter semakin nyata. Survei menunjukkan bahwa hampir sembilan dari sepuluh penggemar merasa pesimistis menyambut musim ini—rasa khawatir yang tidak bisa dianggap enteng.
Mereka memandang posisi West Ham tak jauh dari sekadar tim yang sudah disiapkan untuk zona degradasi, bukan mereka yang bersaing di papan tengah atau atas.
Baca Juga:Jadwal Liga Inggris 23 – 24 Agustus 2025! Ada Chelsea, Manchester United, Arsenal Hingga City!Drama Transfer Isak yang Memanas “Arsenal dan Chelsea Berebut“ Gallas Masih Jadi Luka Lama Stamford Bridge
Memang, data prediktif dari superkomputer hingga kini masih memberikan harapan—menyatakan kemungkinan West Ham bertahan relatif lebih besar dibanding terdegradasi.
Namun performa di lapangan berbicara lebih banyak, potongan-potongan permainan tanpa determinasi, celah di lini pertahanan, dan kepemimpinan yang belum terbukti menciptakan atmosfer yang jauh dari kondusif.
Harapan realistis kini tertuju pada jendela transfer yang masih terbuka. Klub perlu berbenah cepat, melakukan perbaikan tim secara signifikan—baik secara kualitas pemain maupun daya juang mental.
Jika langkah ini gagal dilakukan segera, musim ini bisa menjadi salah satu catatan paling kelam dalam sejarah modern West Ham klub dengan potensi besar, namun terjerumus dalam krisis performa dan kepercayaan.