Tak cukup di situ, pencairan anggaran dilakukan tidak sesuai ketentuan. Mark up pekerjaan dilakukan dengan brutal. Apa yang seharusnya belum selesai, dipoles laporan seolah sudah rampung. Negara ditipu, rakyat dipermainkan, pembangunan dipermalukan.
Ini bukan sekadar korupsi. Ini perampokan. Perampokan yang dilakukan oleh orang-orang berseragam resmi.
Lebih mengerikan lagi, dampak korupsi ini bukan hanya angka di atas kertas. Gedung Setda Kota Cirebon, simbol kekuasaan pemerintahan daerah, ternyata terancam menjadi bom waktu. Menurut penyidik Gema SH, laporan dari Politeknik Negeri Bandung (Polban) menunjukkan, gedung itu rawan rusak karena dibangun tidak sesuai spesifikasi.
Baca Juga:DPRD Akan Hitung Anggaran Untuk Perbaikan Gedung Setda – VideoKejari Akan Umumkan Tersangka Kasus Gedung Setda – Video
“Sudah disampaikan Polban Bandung bahwa gedung itu ada potensi rusak, karena gedung dibangun tidak sesuai spesifikasi,” ujarnya.
Bayangkan, jika gedung yang dibangun dari uang rakyat Rp86 miliar ambruk hanya dalam hitungan tahun. Siapa yang akan menanggung korban? Apakah para koruptor itu mau berdiri di bawah reruntuhan sambil menanggung dosa mereka? Atau mereka akan pura-pura tidak tahu, sambil menikmati masa pensiun dengan tenang?
Keenam tersangka dijerat pasal 2, 3, dan 18 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2021 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo pasal 55 KUHP. Ancaman hukuman jelas: penjara belasan tahun, denda miliaran rupiah, dan perampasan aset.
Namun publik tahu, jalan keadilan sering berliku. Di negeri ini, penjara bisa jadi hotel mewah jika pelakunya punya uang. Rakyat hanya bisa berharap, Kejari Kota Cirebon benar-benar menuntaskan kasus ini dengan keras, tanpa kompromi, tanpa tawar-menawar.
Kasus ini bukan hanya soal uang Rp26 miliar. Ini soal martabat Kota Cirebon. Bagaimana mungkin pejabat dan eks pejabat yang dibayar dari keringat rakyat tega menjual harga diri daerah? Bagaimana mungkin gedung pemerintahan dibangun dengan kualitas murahan, sementara rakyat diminta membayar pajak tepat waktu?
Amarah rakyat sudah di ubun-ubun. Dari kecewa kini jadi murka. Mereka yang ditahan hari ini harus sadar, mereka bukan lagi sekadar tersangka. Mereka adalah wajah rusak birokrasi, wajah bopeng pembangunan, wajah bengis yang menelan masa depan anak-anak bangsa.