RADARCIREBON.TV – Rudolf Yanto Basna mengalami penurunan karier sepak bola sebab mengalami cedera yang parah. Tetapi.masa depannya dapat terselamatkan karena pendidikan formal.
Yanto Basna mengalami cedera lutut parah sejak tahun 2021. Dia menderita permasalahan fisik itu ketika bermain di Liga Thailand bersama Pracuap FC.
Hal itu membuat sosok Yanto Basna tenggelam lama di dunia sepak bola. Setelah pulih Yanto Basna kini membela Waanal Brothers Football Club di Liga 3.
Baca Juga:Layak Jadi Kiper Utama, Cahya Supriadi Dapat Dukungan untuk Kualifikasi Piala Asia U-23Audero Mulyadi Gemilang di San Siro, AC Milan Jadi Korban Debut Kiper Timnas Indonesia!
Dikabarkan Yanto Basna juga sedang fokus di dalam dunia pendidikan. Mantan bek Timnas Indonesia itu belum lama ini memaparkan paper penelitiannya di National Conference of Football and Science (NCFS) 2025 di Institut Tekhnologi Bandung (ITB).
“Kalau diingat sedikit lucu karena secara pengalaman dan background-nya, ini dunia baru, apalagi dunia akademisi. Misalnya masuk menjadi dosen, orang tanya, kenapa kamu dosen? Tetapi ketika saya, saya sengaja memilih ini (NCFS) untuk menyampaikan ide itu,” papar Yanto Basna.
Yanto Basna menjadi salah satu pesepakbola Indonesia yang sudah sukses menjalankan pendidikan formal.
Dia memiliki gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dan Magister Pendidikan (M.Pd) dari Universitas Negeri Yogyakarta dan kini sedang mengejar gelar Doktor.
Pemain yang pernah menjadi kapten Timnas Indonesia pada salah satu laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 itu memiliki misi khusus memajukan pendidikan di Papua. Yanto Basna malah berharap anak-anak di Papua tidak sekadar mengejar karier di dunia sepakbola.
“Kita harus ada satu perubahan untuk bagaimana pemerintah dan PSSI mencari solusi yang lain. Saya sempat berpikir kenapa PSSI tidak melakukan lisensi pelatih khusus untuk guru? Jadi tidak berdasarkan hanya ijazah untuk yang olahraga, karena sejauh ini kan kita semua bagian dari perubahan itu,” jelas Yanto Basna.
Yanto Basna menaruh harapan di seluruh tingkat pendidikan, khususnya Papua, diharapkan guru memiliki bekal lisensi pelatih.
Baca Juga:Kai Havertz Cedera Usai Lawan Manchester United, Arsenal Kehilangan Dua Penyerang, Siapa Penggantinya?De Gea Bisa Bertemu Lagi dengan Viktor Lindelof Jika Fiorentina Sepakat
Targetnya adalah minimal masing-masing tingkat pendidikan ada 50 guru dengan lisensi pelatih tiap tahunnya.
“Susah-susah gampang kalau saya lihat. Karena untuk mengubah satu mindset itu susah dan butuh waktu. Makanya kenapa tadi gambar saya itu anak-anak SD, bermain sepakbola di luar jam istirahat,” tandas Yanto Basna.