Cadangan Tanpa Suara: Mengapa Beberapa Pemain U-23 Indonesia Tak Pernah Diturunkan Vanenburg?

Timnas Indonesia
Vanenburg secara tegas menjelaskan bahwa persoalan bukan karena tekanan dari luar untuk memainkan pemain naturalisasi, tapi lebih soal penilaian teknis dan siapa yang pantas mendapatkan kesempatan bermain. Foto: Ig geraldvanenburgofficial/tangkap layar - radarcirebon.tv
0 Komentar

RADARCIREBON.TV- Di tengah persiapan penting Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, pelatih Timnas Indonesia U-23, Gerald Vanenburg, menghadapi dilema yang semakin tajam, beberapa pemain dianggap sebagai cadangan “mati” hadir dalam squad, namun tak sekalipun mendapatkan menit bermain dalam dua laga Grup J.

Duel melawan tim rival dalam fase grup tak kunjung memunculkan nama-nama seperti Dion Markx, yang menjadi sorotan media dan publik. Vanenburg secara tegas menjelaskan bahwa persoalan bukan karena tekanan dari luar untuk memainkan pemain naturalisasi, tapi lebih soal penilaian teknis dan siapa yang pantas mendapatkan kesempatan bermain.

Ia menegaskan bahwa performa di lapangan menjadi satu-satunya tolok ukur, tanpa kompromi dengan ekspektasi publik atau status pemain diaspora.

Baca Juga:Garuda Muda Mengamuk! Indonesia U-23 Bantai Makau 5-0 di Kualifikasi Piala AsiaPelatih Indonesia U-23 Percaya Diri Hadapi Korea: 'Saya Pernah Juara Liga Champions!'

Bukan hanya Markx yang tak bermain. Dari judul berita, ada indikasi bahwa beberapa nama lain juga belum diberi peluang. Para pemain itu tampak hanya menjadi pelengkap skuad hadir namun tak bersuara di lapangan.

Alasan Pemain U-23 Indonesia Tak Pernah Diturunkan Vanenburg

Penjelasan Vanenburg memberi gambaran lebih dalam soal kebijakan seleksi, keputusan didasarkan pada kondisi terkini tim, kesiapan dan kebutuhan taktis, bukan sekadar nama besar atau label pemain diaspora.

Sebelumnya, Vanenburg juga telah merombak komposisi lini belakang secara drastis, mengganti 75 % starter setelah laga pertama, hanya mempertahankan Dony Tri Pamungkas sebagai bek yang tetap dipercaya. Ini menunjukkan bahwa pelatih tidak segan mengganti dan mencoba berbagai opsi demi mencari komposisi terbaik.

Selain itu, proses seleksi telah menyisihkan beberapa pemain yang dianggap memiliki reputasi, termasuk mereka yang sempat turun di timnas U-19 atau bahkan tim senior.

Marselino Ferdinan, Justin Hubner, Rafael Struick, dan beberapa pemain keturunan lain belum mendapatkan panggilan ke TC, sementara Jens Raven menjadi satu-satunya pemain keturunan yang dianggap siap dan akhirnya dipilih.

Keputusan ini seolah meredam tekanan dari publik atau media yang sering kali menginginkan nama-nama populer diberi kesempatan, namun Vanenburg tetap konsisten dengan pendekatan profesional dan meritokratis yang ia pegang.

Di sisi lain, pelatih Timnas U-23 ini juga menyadari pentingnya sinergi dengan klub, termasuk soal menit bermain pemain di level domestik. Ia menegaskan bahwa tak ada konflik, melainkan upaya kolaborasi untuk memastikan para pemain di timnas mendapatkan kesempatan tampil yang cukup dan berada dalam kondisi terbaik. Tujuannya jelas, membangun kekompakan tim sebagai wakil Indonesia.

0 Komentar