RADARCIREBON.TV Wacana pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mungkin terdengar sebagai gagasan utopis, bahkan absurd. Namun, suara itu tidak lahir di ruang kosong.
Ia muncul dari akumulasi panjang kekecewaan rakyat terhadap lembaga yang seharusnya menjadi representasi kepentingan publik, tetapi justru sering kali diterjemahkan sebagai alat transaksi politik.
Rakyat serempak menyoroti tindak tanduk anggota dewan bahkan bukan lagi sebatas suara kecil di warung kopi dan lini masa, suara itu menjelma menjadi seruan jika DPR tidak bisa dibenahi, lebih baik dibubarkan!
Baca Juga:Ini Dia Daftar Lengkap Nama dan Alamat Terduga Pelaku Kerusuhan di DPRD Kabupaten Cirebon125 Daerah Alami Kerusakan Pasca Demo Anarkis – Video
“Worry,.. Mau tahu kondisi di area rumah orang tua, area kantor. Di TV juga enggak ada berita yang update… Mikirnya ada apa nih, kenapa kita seolah enggak boleh tahu update? Jadi, enggak tahu harus prepare apa, akan ada apa selanjutnya …”
Rina, salah satu warga yang bermukim di Jakarta Selatan ini cemas karena tidak mendapatkan cukup informasi tentang situasi yang tengah berlangsung ketika eskalasi aksi unjuk rasa bertajuk “Bubarkan DPR” meningkat dan meluas akhir Agustus lalu.
Saat itu, Rina merasa media arus utama tak cukup bisa diandalkan.
“Aku ngandelin medsos, mantengin live TikTok, scroll-scroll, ganti-ganti akun yang live. Jadi, waktu live TikTok di-banned, lo … kenapa ini?”
Pascatewasnya pengemudi ojek online Affan Kurniawan (21) akibat terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di Pejompongan, Jakarta Selatan, Kamis malam, (28/8), Markas Komando Brimob Kwitang, Senen, Jakarta Pusat jadi sasaran demonstrasi hingga berhari-hari kemudian.
Massa yang marah juga membakar beberapa fasilitas umum, pos-pos polisi di beberapa titik hingga menjarah rumah sejumlah anggota DPR. Di saat yang sama, gelombang protes mulai mewarnai banyak kota lain di Indonesia.
Situasi mencekam bukan hanya dirasakan Rina, tetapi juga banyak warga Jakarta, dan kota-kota lain. Namun, dalam situasi krisis seperti itu, hak publik untuk mendapatkan informasi akurat, kredibel, dan dapat dipercaya, justru tak terpenuhi. Jurnalis yang bertugas meliput demonstrasi juga banyak yang mendapat kekerasan saat meliput di lapangan.