Ambivalensi Kekayaan! Pengakuan Mbappe Soal Tekanan di Balik Gemerlap Dunia Sepak Bola

Sepakbola Dunia
Mbappe membeberkan paradoks kekayaan yang menghimpit kehidupan pribadinya. Foto: Ig k.mbappe/tangkap layar - radarcirebon.tv
0 Komentar

RADARCIREBON.TV- Dibalik sorotan lampu dan tepukan sorak gemuruh di stadion, bintang Real Madrid sekaligus kapten tim nasional Prancis, Kylian Mbappe, membagikan sisi lain dari kehidupannya yang jarang terlihat, bagaimana uang dan ketenaran justru membawa lebih banyak beban daripada kebahagiaan.

“Saya bertanya pada diri sendiri apakah saya berhak gagal? Jawabannya tidak. Namun, justru karena itulah orang-orang sangat menghormati Anda. Karena Anda menanggung beban itu, Anda tangguh, dan Anda selalu ingin menang,” tuturnya dalam sebuah wawancara mendalam, disampaikan setelah tampil gemilang membantu Prancis menumbangkan Islandia dalam laga kualifikasi Piala Dunia .

Uang Lebih Banyak Masalah daripada Solusi

Lebih lanjut, Mbappe membeberkan paradoks kekayaan yang menghimpit kehidupan pribadinya.

Baca Juga:Mbappe Lampaui Rekor Thierry Henry, Tinggal Buru Giroud Jadi Top Skor Sepanjang Masa PrancisBikin Heboh! Mbappe Terus-Terusan Rayu Konate Tinggalkan Liverpool demi Madrid.

“Bisakah uang menghancurkan segalanya? Ya, bisa. Semakin banyak uang yang Anda miliki, semakin banyak masalah yang Anda hadapi,” ungkapnya.

Menyoroti bagaimana orang di sekitarnya sulit menerima perubahan yang muncul bersamaan dengan ketenaran mereka masih ingin melihat Anda seperti saat Anda kecil, padahal Anda telah melangkah jauh.

Tanggung jawab, komitmen, pekerjaan, hingga tagihan yang harus dipenuhi semua itu menyatu dalam beban yang tidak terlihat oleh publik. Di Real Madrid, dia menerima gaji pokok sekitar 31-32 juta euro per tahun bruto sekitar 600 ribu euro per minggu, dan dengan tambahan bonus serta penghasilan dari hak citra dan endorsement, kompensasi totalnya bisa mendekati 80-90 juta euro per tahun.

Tak Hanya Soal Finansial, Stigma Kesehatan Mental dalam Olahraga Elit

Mbappé juga mengangkat isu kesehatan mental, yang katanya masih dianggap tabu dalam dunia olahraga profesional. Ia menyebut tekanan yang dirasakan oleh atlet top sering kali dipendam, ekspresi kelelahan atau kerentanan dianggap hanya boleh muncul saat tim sedang menang, bukan ketika sedang kehilangan momentum.

Mbappe mengaku sering lebih keras pada dirinya sendiri ketimbang orang lain, dan dengan itu barulah dia merasa tenang dan bisa terus menyukai sepak bola tanpa merasa jijik terhadapnya.

•Mencari Kehidupan “Normal” Kerinduan Mbappe untuk Sederhana

0 Komentar